Selasa, 30 April 2013

jurnal penelitian

Yuliati Natalia Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNITRI Malang 2012 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI) DALAM MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT POLICY IMPLEMENTATION PROGRAM NATIONAL SELF EMPOWERMENT (PNPM Mandiri) IN THE WELFARE COMMUNITY Pembimbing I: Ir. H. Son Suwasono, Msc. Pembimbing II: Sugeng Rusmiwari, Drs, M.si Abstrak Kemiskinan merupakan masalah yang terjadi pada semua negara, dan di Indonesia sendiri kemiskinan semakin meningkat tajam sejak terjadi krisis moneter tahun 1997. Berbagai strategi pembangunan diupayakan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan (growth strategy) terbukti mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi secara global, walaupun disisi lain ternyata justru memperlebar adanya ketimpangan dan kemiskinan dikalangan masyarakat. Program pengentasan kemiskinan melalui kebijakan PNPM Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu secara umum ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin. Melalui metode penelitian kualitatif, dengan teknik snowball sampling dan warga desa beserta pengurusnya yang menjadi informannya, maka data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dianalisa dengan pendekatan kualitatif yang bersifat induktif dan berkelanjutan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data trianggulasi. Lokasi dalam penelitian ini bertempat di desa Sumberejo. Sebagai wujud keseriusan pemerintah mengimplementasikan kebijakan PNPM Mandiri dapat dilihat dari suatu lembaga PNPM Mandiri yang dibentuk di lokasi sasaran, lembaga tersebut adalah Lembaga Keswadayaan Masyarakat. LKM “SUMBER MAKMUR”, Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu, didirikan pada tangal 9 oktober 2009 dan telah berjalan selama tiga tahun terakhir merupakan salah satu wujud dan bukti implementasi kebijakan PNPM Mandiri yang berbasis pemberdayaan yang berjalan ditiga bidang kerja, yaitu UPL, UPS, dan UPK. Dengan memberdayakan SDM dan SDA yang tersedia di lokasi sasaran, dan didukung bantuan pinjaman dana bergulir melalui UPK, mampu mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi melaksanakan kebijakan sehingga dampak dan perubahan secara efektif dan efisienpun terjadi. Bagi KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) sendiri hadirnya PNPM Mandiri sangat dirasakan manfaatnya, usaha kecil dan perekonomiannya terangkat, keinginan untuk maju dan berfikir kreatif serta inovatif kini dapat diwujudkan. Meski ada beberapa kendala dari KSM maupun dari pengurus sendiri, tetapi implementasi kebijakan PNPM Mandiri di Desa Sumberejo sudah dapat dikatakan baik, khususnya pada UPK terbukti 85% implementasi mengalami keberhasilan, dan 15% saja mengalami kegagalan. Kata kunci: kebijakan publik, implementasi kebijakan, pemberdayaan, dan PNPM Mandiri. Natalia Yuliati Faculty Of Social and Politic UNITRI Malang 2012 POLICY IMPLEMENTATION PROGRAM NATIONAL SELF EMPOWERMENT (PNPM Mandiri) IN THE WELFARE COMMUNITY Supervisor I: Ir. H. Son Suwasono, Msc. Supervisor II: Sugeng Rusmiwari, Drs, M.si Abstract Poverty is a problem that occurs in all countries and in Indonesia itself poverty has increased sharply since the 1997 financial crisis. Various government pursued a development strategy to overcome these problems, the strategy development focused on growth (growth strategy) proven to boost global economic growth, although on the other hand proved to be widening inequality and poverty among the people. Poverty alleviation programs through policy PNPM Mandiri in Rural Sumberejo Batu generally intended to improve the welfare of the community, especially for the poor. Through qualitative research methods, the snowball sampling technique and the villagers along with the informant's handler, then the data obtained through observation, interviews, and documentation analyzed with a qualitative approach that is inductive and sustainable. Locations in this study took place in the village Sumberejo. As a manifestation of the seriousness of the government to implement policies PNPM Mandiri can be seen from the PNPM Mandiri established institutions in the target area, the agency is self-supporting community institutions. MFI "SOURCE MAKMUR", Sumberejo Village, Subdistrict Batu, Batu, founded on the date October 9, 2009 and has been running for the last three years is one form and implementation of evidence-based policies PNPM Mandiri empowerment that runs these three areas of work, namely UPL, UPS, and UPK. By empowering human and natural resources available in the target area, and supported revolving fund loans through UPK, was able to invite the community to participate implement policies that impact and change effectively and efisienpun happen. For SHG (Self-Help Groups) presence of PNPM Mandiri itself very useful, small businesses and the economy were raised, the desire to move forward and creative thinking and innovative can now be realized. Although there are some obstacles from KSM and from the board itself, but the implementation of the policy of PNPM Mandiri in Rural Sumberejo has to be said, especially on UPK experience implementing proven 85% success and 15% failure. Keywords: public policy, policy implementation, empowerment, and PNPM Mandiri. PENDAHULUAN Terjadinya krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan terpuruknya pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. Sehubungan dengan menurunnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika, kondisi tersebut menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat, berkurangnya lapangan pekerjaan serta bertambahnya jumlah pengangguran, yang mengakibatkan jumlah penduduk miskin meningkat tajam menjadi 79,4 juta jiwa atau 39,1 % dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1998 (BPS). Strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan (growth strategy) terbukti mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi secara global, walaupun disisi lain ternyata justru memperlebar adanya ketimpangan dan kemiskinan dikalangan masyarakat. Suman (2001:22) menyebutkan secara khusus upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan pada: 1. Perubahan sikap mental, dan penciptaaan kondisi sosial yang tanggap terhadap masalah kemiskinan, termasuk upaya mengurangi kendala sosial dalam pengentasan kemiskinan; 2. Pengembangan kemampuan berusaha dan bekerja untuk memperbaiki taraf kehidupan dan penghidupannya dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dengan pemberdayaan 3. Bimbingan dan bantuan kepada miskin baik di desa miskin (Non-IDT), desa terpencil, maupun kantong-kantong kemiskinan di desa/kelurahan tidak miskin dengan pendekatan keluarga dan kelompok 4. Pemantapan pola dan mekanisme keterpaduan serta profesionalisme penanganannya Program pengentasan kemiskinan melalui kebijakan PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu secara umum ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin. Implementasi pelaksanaan program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu bukan hanya merupakan tanggungjawab aparatur kelurahan akan tetapi menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat didesa tersebut. Secara praktis implementasi Program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu adalah penyaluran dana bantuan hibah dan dana bergulir kepada kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) secara langsung. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah implementasi kebijakan program PNPM Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu?; 2) Apakah dampak implementasi kebijakan program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu bagi perkembangan usaha kecil di desa tersebut?; 3) Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan program PNPM-Mandiri di desa tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui dan menganalisa implementasi kebijakan program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu; (2) Untuk mengetahui dan menganalisa dampak implementasi kebijakan program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu bagi perkembangan usaha kecil di desa tersebut; (3) Untuk mengetahui dan menganalisa faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan program PNPM-Mandiri di desa tersebut. Kebijakan Publik Dari berbagai definisi (Public policy), dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kebijakan publik pada hakekatnya merupakan serangkaian tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat. Implementasi Kebijakan Implementasi kebijakan adalah serangkaian kegiatan menerapkan/melaksanakan program dilapangan/kelompok sasaran dari program yang direncanakan sebelumnya bagi suatu kelompok sasaran. Pemberdayaan masyarakat pedesaan • Konsep Pembangunan Masyarakat dan Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional, juga proses yang menyangkut hubungan-hubungan kekuasaan (kekuatan) yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga¬-lembaga sosial. Di samping itu perubahan pribadi karena masing-masing individu mengambil tindakan atas nama diri mereka sendiri dan kemudian mempertegas kembali pemahamannya terhadap dunia tempat ia tinggal. • Determinan Pemberdayaan Kesenjangan atau adanya ruang antara kebutuhan mengembangkan keberdayaan dengan sikap mempertahankan dari kontrol masyarakat dan adanya inisiatif yang berasal dari rakyat sendiri dengan peran pemerintah yang mengakomodirnya. • Metode Pemberdayaan Metode pembangunan alternatif merupakan metode yang menuntut partisipasi masyarakat terhadap suatu fenomena yang didatangkan untuknya, orientasi birokrasi pemerintah ke arah hubungan yang lebih efektif dengan masyarakat klien, melalui pengembangan koalisi dan jaringan komunikasi. • Prinsip dan Dasar Pemberdayaan Masyarakat Prinsip: (1) Pendekatan dari bawah (buttom up approach) (2) Partisipasi (Participation) (3) Konsep keberlanjutan (4) Keterpaduan (5) Keuntungan sosial dan ekonomi. Dasar-dasar: (1) Mengembangkan masyarakat khususnya kaum miskin, kaum lemah dan kelompok terpinggirkan (2) Menciptakan hubungan kerjasama antara masyarakat dan lembaga-lembaga pengembangan (3) Memobilisasi dan optimalisasi penggunaan sumber daya secara keberlanjutan (4) Mengurangi ketergantungan (5) Membagi kekuasaan dan tanggung jawab (6) Meningkatkan tingkat keberlanjutan • Proses dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat Proses: (1) Proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya (2) Kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan dan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Upaya:1) Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang (2) Memperkuat potensi yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan, menyediakan sarana dan prasarana baik fisik (irigasi, jalan dan listrik) maupun social, terbukanya akses pada berbagai peluang akan membuat rakyat makin berdaya, seperti tersedianya lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan (3) Melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. • Teknik dan Pola Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Penerapan pendekatan pemberdayaan yang disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan. Kebijakan PNPM Mandiri • PNPM Mandiri SK Menkokesra No. 28/KEP/Menko/Kesra/XI/2006 yang diperbaharui dengan Kepmenkokesra No. 23/KEP/Menko/Kesra/VII/2007 tentang Tim Pengendali PNPM Mandiri. Pada tanggal 30 April 2007 PNPM Mandiri diluncurkan Presiden di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. • Program Pengembangan Masyarakat Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. • Pendekatan Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat. • Kategori Program Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut: (1) PNPM-Inti (2) PNPM-Penguatan. • Komponen Program Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut: (1) Pengembangan Masyarakat (2) Bantuan Langsung Masyarakat (3) Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal (4) Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program • Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat. • Sumber Dana Sumber dana berasal dari (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik yang bersumber dari Rupiah Murni maupun dari pinjaman/hibah (2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi (3) APBD Kabupaten/Kota sebagai dana pendamping (4) Kontribusi swasta sebagai perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) (5) Swadaya masyarakat (asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan individu/kelompok peduli lainnya). • Pengendalian (1) Pemantauan dan pemeriksaan partisipatif oleh masyarakat (2) Pemantauan dan pemeriksaan oleh Pemerintah (3) Pemantauan dan pengawasan oleh Konsultan dan Fasilitator (4) Pemantauan independen oleh berbagai pihak lainnya (5) Kajian Keuangan dan Audit. Metodologi Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Sarwono (2002:34) bahwa Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis. Locus Dan Focus Alasan yang melatar belakangi pemilihan lokasi: (1) Desa Sumberejo Kota Batu merupakan institusi yang mengemban tugas untuk melaksanakan berbagai program pemerintah khususnya pengentasan kemiskinan melalui Proyek PNPM Mandiri; (2) Bantuan modal yang diberikan pada usaha kecil dalam Proyek PNPM Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu perlu mendapat perhatian dalam implementasinya serta sejauhmana keberhasilannya dalam upaya pengentasan kemiskinan Fokus penelitian: (1) Implementasi pelaksanaan Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Melalui Proyek Penanggulangan Kemiskinan PNPM Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu, meliputi : a) Pedoman Pelaksanaan Proyek PNPM Mandiri terhadap pinjaman dana bergulir pada usaha kecil; b) Realisasi bantuan Modal PNPM Mandiri pada usaha kecil; c) Pemanfaatan bantuan modal bersumber dari PNPM Mandiri pada usaha kecil; (2) Hasil yang dicapai dalam implementasi Proyek PNPM Mandiri terhadap pinjaman dana bergulir pada usaha kecil, yaitu: a) Implementasi Pemanfaatan Bantuan Modal dari PNPM Mandiri; b) Perubahan Sosial masyarakat/KSM yang mempunyai usaha kecil dari bantuan modal PNPM Mandiri; c) Perubahan Ekonomi masyarakat/KSM yang mempunyai usaha kecil dari bantuan modal program PNPM Mandiri; (3) Faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan PNPM Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Dan Informan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota KSM dan UKM di Desa Sumberejo Kota Batu yang menerima dana bergulir dari PNPM Mandiri. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball (bola salju), yaitu teknik pengambilan sampel dimana satuan pengamatan diambil berdasarkan informasi dari satuan pengamatan sebelumnya yang sudah terpilih. Atau dengan kata lain dengan menelusuri orang-orang yang menerima dana bergulir dari PNPM Mandiri berdasarkan informasi dari sampel pertama yang ditemukan. Yang menjadi subyek/responden sebagai informan dalam penelitian ini adalah 1. Kepala Desa 1 orang 2. Pengurus BKM 2 orang 3. Warga/Masyarakat/ Pengurus KSM 7 orang Jumlah 10 orang Jenis dan Sumber Data Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data utama tanpa adanya perantara. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah: (1) Kepala Desa; (2) Aparatur; (3) Masyarakat. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang terkait dengan masalah penelitian baik dari situs penelitian yang ada maupun dari situs-situs resmi lainnya yang sesuai kebutuhan penelitian. Metode Pengumpulan Data, Keabsahan Data Dan Teknik Analisa Data Penelitian menggunakan teknik pengumpulan data melalui Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi sumber. Menurut Patton dalam Moleong, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2002:178). Teknik Analisa Data dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sarwono (2002:41) bahwa : Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru. Hasil dan Pembahasan Penyajian Data 1. Deskripsi Tempat Penelitian Gambaran Umum Desa Sumberejo dan Pembangunan Desa Desa Sumberejo terletak sebelah Barat laut Kota Batu tak jauh dari Pusat Pemerintahan Kota Batu. Pembangunan non fisik: pembangunan peningkatan kualitas SDM, pada pembangunan Fisik: pembangunan prasarana dasar lingkungan (saluran drainase dan sanitasi lingkungan pemukiman, pembangunan sarana transportasi, dll). Kondisi Geografis Desa Sumberejo terletak di sebelah barat laut pusat kota Batu. Terletak pada ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Dengan curah hujan 2000-3000 mm per tahun, suhu rata-rata 20 0C – 26 0 C. Batas-batas wilayah desa Sumberejo yaitu : Sebelah Utara : Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji. Sebelah Timur : Desa Sidomulyo, Sisir Kecamatan Batu. Sebelah Selatan : Desa Pesanggrahan, Ngaglik Kecamatan Batu. Sebelah Barat : Perhutani, Songgokerto Kecamatan Batu Luas wilayah desa Sumberejo 396 ha. Penduduk Jumlah penduduk desa Sumberejo 6.863 jiwa (L: 3.501 jiwa; P: 3.362 jiwa), jumlah kepala keluarga 1.802 KK dengan kepadatan 578 per km. Kondisi Perekonomian Beberapa usaha Perekonomian dilaksanakan oleh masyarakat desa Sumberejo baik yang berupa perorangan maupun oleh kelompok yang pendanaan. Sarana dan Prasarana TK, SD, SMP, SMK, TPQ, Pondok Pesantren, terdapat Masjid, Posyandu, dan juga Polindes. Lembaga dan Organisasi Kemasyarakatan Terdapat lembaga formal dan non formal, contohnya BPD, PKK, LPMD, maupun Gapoktan. 2. Deskripsi PNPM Mandiri Desa Sumberejo UMUM LKM “SUMBER MAKMUR”, berkedududukan di Desa Sumberejo ,Kecamatan Batu, Kota Batu, didirikan pada tangal 9 oktober 2009. Oleh peserta rapat telah diperoleh keputusan tetap dan dinyatakan seluruh ketentuan AD/ART bersifat mengikat terhadap seluruh masyarakat dilingkungan desa dimana LKM berdiri. LKM “SUMBER MAKMUR” bergerak dalam bidang kegiatan pemberdayaan masyarakat baik secara ekonomi, lingkungan. Dan sosial dengan membentuk Unit pengelola keuangan (UPK), Unit pengelola Lingkungan (UPL), dan Unit Pengelola Sosial (UPS). Struktur Organisasi PNPM MANDIRI DESA SUMBEREJO Ketua : Kasiono Sekretaris : Nurul Pengurus Bidang UPK : Sunarti Pengurus Bidang UPS : Wariah Pengurus Bidang UPL : Rijanto Bidang PNPM Mandiri (Tri Daya PNPM Mandiri): (1) UPK (Unit Pengelola Keuangan) Menangani pinjaman dana bergulir pada masyarakat untuk menopang kegiatan usaha ekonomi; (2) UPS (Unit Pengelola Sosial) Menangani kegiatan sosial pada masyarakat, kegiatan berupa pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu, bantuan untuk masyarakat lanjut usia, anak yatim piatu dan janda; (3) UPL (Unit Pengelola Lapangan) Menangani kegiatan infrastruktur baik untuk perbaikan maupun pembangunan baru, kegiatan berupa bedah rumah, pembuatan drainase, pemavingan jalan, pembuatan irigasi, dan perbaikan infrastruktur lainnya. Penentuan KSM Untuk menentukan, KSM harus memenuhi syarat-syarat yang disetujui pengurus, yaitu: (1) Memiliki usaha; (2) Karakter calon anggota KSM; (3) Berdasarkan kebutuhan usaha; (4) Setiap KSM diwajibkan menabung, pada akhir pengangsuran tabungan dapat diambil sewaktu-waktu atau diteruskan. Pinjaman KSM KSM mendapat pinjaman modal dalam empat tahap, tahap pertama dana diberikan sebesar RP.500.000,- dengan bunga 1,5% diangsur selama 10 bulan. Tahap pertama merupakan penjajagan/ uji coba bagi KSM. Tahap kedua dana diberikan sebesar Rp.1.000.000,-, tahap ketiga dana diberikan sebesar Rp.1.500.000,-, dan tahap keempat Rp.2.000.000,- . Implementasi PNPM Mandiri Implementasi dan tingkat keberhasilan PNPM Mandiri di desa Sumberejo mencapai 85% periode tahun 2009-2011, sehingga dapat dikatakan berjalan baik, sedangkan tingkat kegagalan mencapai 15%. Analisis, Pembahasan, dan Interpretasi Data 1. Implementasi Kebijakan PNPM Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu Pelaksanaan PNPM Mandiri terhadap pinjaman dana bergulir pada usaha kecil Dalam mencapai tujuan pemberdayaan KSM ada beberapa tahap yang perlu dilakukan. Perencanaan Perencanaan (planning) menyangkut rencana kerja dan bagaimana mengerjakannya dengan hasil rencana (plan). Fungsi perencanaan untuk tiap Desa dampingan dilaksanakan oleh pendamping mitra. Rencana yang dibuat oleh pendamping mitra adalah berasal dari bahan yang diperoleh dari survei, identifikasi sasaran, dan studi kelayakan mitra (SKM), serta penyeleksian. Setelah dilakukan survei, identifkasi, dan studi kelayakan mitra dan seleksi. Masyarakat mengajukan proposal usahanya ke Desa. ”Masyarakat yang ingin mengajukan dana usaha PNPM Mandiri harus membuat proposal pengajuaan dana PNPM Mandiri ketingkat Kecamatan, kemudian di Kecamatan semua proposal pengajuan dana PNPM Mandiri diseleksi dari semua Desa yang mengajukan Dana PNPM Mandiri yang ada di Kecamatan Batu” (wawancara dengan Sekretaris Desa Sumberejo, 20 Juli 2012). Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa perencanaan pada implementasi kebijakan PNPM Mandiri di desa Sumberejo sudah berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari alur atau proses pengajjuan proposal usaha oleh masyarakat yang dimulai dari survey, identifikasi sasaran, studi kelayakan KSM, serta seleksi sehingga ketidak tepatan sasaran dapat diminimalisir. Pelaksanaan Pelaksanaan (actuating) adalah aktivitas setelah rencana dimiliki, pendamping mitra (PM) melakukan aktivitasnya berdasar atas rencana untuk mewujudkan atau realisasi rencana. ”Pemerintah selalu mencari jalan bagaimana caranya agar UKM dapat dikembangkan dan diberdayakan seoptimal mungkin, sehingga UKM dapat berjalan dan bisa membantu Pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, dan diharapkan juga dengan pemberdayaan UKM ini perekonomian Negara dapat lebih ditingkatkan lagi, sehingga perekonomian negara bisa berkembang dengan pesat. Tindakan Pemerintah dalam melakukan pemberdayaan dapat kita lihat dengan adanya bantuan ataupun program Pemerintah dalam mengupayakan pemberdayaan UKM ini, misalnya Pemerintah mengupayakan program Masyarakat Mandiri, Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Program Nasional Pemberdayaan (PNPM) Mandiri, semua itu adalah salah satu bentuk pemberdayaan UKM yang diupayakan Pemerintah” (wawancara dengan Sekretaris Desa Sumberejo, 20 Juli 2012). Dapat diinterprasikan bahwa pelaksanaan dari kebijakan PNPM Mandiri di desa Sumberejo dapat dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan terealisasinya program-program atau perencanaan yang diajukan sebelumnya oleh KSM yang lolos seleksi. Pembinaan Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat, khsusunya KSM adalah dengan mengadakan pembinaan-pembinaan secara intensif dan terarah. Pembinaan yang berasal dari kata bina berarti merubah sesuatu sehingga menjadi baru, memiliki niali-nilai yang lebih tinggi. Dengan demikian pembinaan juga mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan, serta menjadi lebih baik dan bermanfaat. ”Dalam pembinaan ini dilakukan oleh pendamping mitra atau fasilitator yang sudah ditunjuk oleh Tim pengembangan PNPM Mandiri, jadi disana mereka dibina dan didik supaya bisa mengembangkan dan mempergunakan dana yang sudah mereka terima dengan semaksimal mungkin” (wawancara dengan ketua PNPM Mandiri Sumberejo, 20 Juli 2012). Pembinaan ini dilakukan melalui kunjungan fasilitator kelompok/pendamping mitra ke lokasi/kelompok sasaran dan pertemuan rutin satu bulan satu kali antara seluruh kelompok sasaran dengan fasilitator kelompok/pendamping mitra. Sehingga keluhan-keluhan KSM dapat disampaikan dan dicari jalan keluarnya demi perkembangan usahanya. Namun karena sedikitnya jumlah fasilitator kelompok yaitu satu orang saja untuk fasilitator kelompok kota Batu maka intensitas kunjungan ke lokasi kelompok sasaran sangat kurang. Meskipun KSM telah dibina oleh pengurus PNPM Mandiri di masing-masing desa, namun alangkah baiknya fasilitator kelompok mengetahui dan mengawasi secara langsung kegiatan usaha KSM. Realisasi bantuan Modal PNPM Mandiri pada usaha kecil Sumber dana pelaksanaan PNPM Mandiri berasal dari : (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik yang bersumber dari rupiah murni maupun dari pinjaman/hibah; (2)Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provins; (3) APBD Kabupaten/Kota sebagai dana pendamping; (4) Kontribusi swasta sebagai perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility); (5) Swadaya masyarakat. Satker PNPM Mandiri di masing-masing tingkatan bertanggungjawab pada aktivitas pendanaan dan penyalurannya. Pembayaran dan penyaluran dana PNPM Mandiri untuk masing-masing komponen program dilakukan oleh satker PNPM Mandiri dengan mengajukan Surat Perintah Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang ditunjuk, yang selanjutnya KPPN tersebut akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada Bank Pelaksana. Bank pelaksana akan menyalurkan dana yang diminta langsung kepada rekening penerima. Tata cara pencairan dana, baik APBN maupun APBD, mengikuti ketentuan dan mekanisme yang berlaku. Sedangkan untuk pencairan dana PNPM Mandiri, masyarakat akan diferivikasi di tingkat Kecamatan, apakah layak untuk mendapatkan dana PNPM Mandiri. Seluruh transaksi pencairan dana ke dan dari Rekening Khusus akan disampaikan oleh pihak bank di mana Rekening Khusus dibuka kepada Pemerintah cq. Departemen Keuangan dalam bentuk Laporan Rekening Khusus (Special Account Statement) secara mingguan. Laporan Rekening Khusus harus berisi seluruh informasi transaksi yang membebani rekening tersebut, seperti: jumlah pencairan dana, nomor SP2D, tanggal SP2D, penerima dana dan KPPN pembayar. Dalam rangka pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan program, pihak satker PNPM Mandiri akan mengkonsolidasikan seluruh Laporan Rekening Khusus dengan dokumen SPM yang sudah diterbitkan dalam format-format laporan pengelolaan keuangan (financial management report) yang disepakati antara Pemerintah dengan pihak donor. Dalam pelaporan penerima dana PNPM Mandiri, masyarakat harus melaporkan kegiatannya ke tingkat Kecamatan. “Untuk pelaporan dan pertanggungjawaban masyarakat yang menerima dana PNPM Mandiri, mereka harus melaporkan kegiatan ke Kecamatan, mereka harus bisa mempertanggujawabkan setiap kegiatan yang dilakukan selama menerima dana PNPM Mandiri” (wawancara dengan Ketua PNPM Mandiri desa Sumberejo, 20 Juli 2012). Hasil/keuntungan yang didapat dari pinjaman digunakan untuk menambah modal awal, yang kemudian digunakan dana bergulir bagi KSM yang lain. Setiap peminjaman disertai bunga 1,5% yang harus ditanggung oleh KSM, hal ini bunga yang diberikan tidak terlalu besar dibandingkan bunga pinjaman di lembaga-lembaga yang lain, pernyataan ini disetujui oleh beberapa KSM melalui wawancara pada tanggal 23 Juli 2012, misalnya melalui penuturan ibu Subik warga dusun Santrean anggota KSM Jagung Manis, “Saya rasa bunga 1,5% tidak berat mbak, daripada saya pinjam ditempat lain yang bunganya lebih tinggi masih lebih baik pinjam di UPK”. Cara mengembalikan pinjaman dana bergulir cukup mudah dan tidak berbelit-belit, anggota KSM hanya mengangsurnya melalui ketua KSM yang kemudian disetorkan kepada pengurus UPK. Ketua pengurus UPK yaitu ibu Sunarti sendiri mengakui bahwa KSM cukup tepat waktu dalam mengembalikan pinjaman yang diberikan, seperti penuturannya pada tanggal 19 Juli 2012, “ Semua KSM dan anggotanya rata-rata tepat waktu kok dalam mengangsur, cuma satu atau dua orang yang menunggak tapi tidak sampai berbulan-bulan. Tapi ada juga yang tidak mengangsur sama sekali, karena orangnya meninggal atau pindah domisili”. Maka dapat diinterpretasikan bahwa bantuan pinjaman dana bergulir untuk pengembangan usaha yang diterima oleh KSM dapat direalisasikan dengan baik oleh KSM, cara pengembalian modal yang mudah dan suku bunga kecil mampu menopang kegiatan usaha kecil yang dimiliki KSM. Sehingga tidak kembalinya pinjaman dana bergulir yang dipinjam KSM dapat diminimalisir. Pemanfaatan bantuan modal PNPM Mandiri pada Usaha Kecil Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri diharapkan dapat menjadi harmonosasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi serta berbagai mekanisme dan prosedur pembangunan berbasis pemberdayaan sehingga proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien, sehingga masyarakat lebih bisa mengembangkan potensi dan memperbaiki kesejahteraan penghidupan mereka, apalagi dengan adanya PNPM Mandiri Pedesaan diharapakan masyarakat lebih bisa membuka diri untuk bisa berusaha memperbaiki kesejahteraan mereka. ”Dengan program PNPM Mandiri kami bisa mendapatkan modal untuk menjalankan usaha sesuai dengan apa yang kita rencanakan, dengan demikian apa yang sudah diusahakan oleh Pemerintah Desa ini membuat kita (pemilik usaha kecil dan menengah) lebih bisa mengembangkan usaha-usaha, dan membantu para pemilik usaha kecil seperti kita ini lebih bernapas lega” (wawancara dengan penerima dana PNPM Mandiri Pedesaan. Sumberejo, 25 Juli 2012). Bantuan modal program PNPM Mandiri masyarakat ini dimanfaatkan antara lain dalam : (1) Program peningkatan bantuan modal bagi masyarakat miskin; (2) Peningkatan keterampilan masyarakat dan kegiatan sosial terutama bagi masyarakat miskin: (3) Fasilitasi dan penguatan peran tim koordinasi pihak-pihak yang berpengaruh pada pelaksanaan PNPM melalui pembinaan dan pelatihan dan rapat koordinasi: (4) Program penyampaian informasi PNPM melalui media massa baik formal maupun informal: (5) Membina masyarakat melalui organisasi kemasyarakatan yang ada; (6) Program kerja bakti secara berkala di desa/kelurahan dalam rangka menswadayakan masyarakat. Pemanfaatan bantuan modal memang digunakan untuk membiayai program-program yang dibuat oleh pengurus PNPM Mandiri desa Sumberejo, dari dana yang dicairkan oleh pemerintah pengurus membaginya untuk kegiatan bidang UPL sebesar 70%, bidang UPK 20%, dan bidang UPS 10%. Pembagian tersebut sesuai kebutuhan masing-masing bidang. Sementara itu untuk ketua pengurus PNPM Mandiri beserta anggotanya bersedia menjalankan kegiatan kepengurusan tanpa mendapat honor/gaji. Hal ini memberi nilai sosial tersendiri yang menjadi citra pengurus. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan PNPM Mandiri didesa Sumberejo telah berjalan dengan baik, terbukti dilakukan melalui tahapan (1) Perencanaan, dimana dilakukan seleksi terhadap calon penerima dana PNPM Mandiri berdasarkan atas proposal yang diajukan dan hasil survey kelayakan penerima dana (2) Pelaksanaan yaitu realisasi penerimaan dana pinjaman kepada masyarakat yang dinilai layak menerima bantuan dan (3) pembinaan, yaitu proses pendampingan selama masyarakat melakukan pengelolaan atas dana pinjaman, pembinaan tentang cara pengembalian dan pengawasan atas usaha mereka. 2. Dampak Implementasi Kebijakan PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu Bagi Perkembangan Usaha Kecil Penilaian dampak implementasi kebijakan PNPM Mandiri di desa Sumberejo kota Batu dalam penelitian ini dilakukan dengan mengukur atau menilai efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PNPM Mandiri di lokasi penelitian. Efektivitas adalah keberhasilan suatu aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan efektif dan sebaliknya apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya maka aktifitas itu dikatakan tidak efektif. Dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri, pengukuran terhadap efektivitas dan efisiensi dapat dilihat melalui indikator berikut : (a) Kuantitas; (b) Dampak; (c) Waktu. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri didesa Sumberejo kota Batu, pengukuran terhadap efektivitas dan efisiensi dapat dilihat melalui indikator berikut : Efektivitas Implementasi Kebijakan PNPM Mandiri 1. Kuantitas Pendapatan KSM sebelum dan setelah PNPM Mandiri Dengan hadirnya PNPM mandiri di desa Sumberejo kota Batu khususnya dengan adanya UPK, KSM sebagai pihak yang meminjan merasa terbantu usahanya. Hal ini didukung oleh pengakuan beberapa KSM melalui wawancara yang mengatakan bahwa usaha yang dimilikinya mulai berkembang dengan modal yang didapatnya dari pinjaman bergulir PNPM Mandiri. Pernyataan tersebut juga diakui bapak Hariyadin warga dusun Sumbersari anggota KSM Sawi Daging yang memiliki usaha pengecer gas LPG pada wawancara tanggal 19 Juli 2012, “Sekarang usaha saya maju mbak, saya bisa menambah kuantitas dagangan saya”. Sehingga dapat diartikan bahwa keadaan KSM mengalami kemajuan dari keadaan sebelumnya, baik dari segi kuantitas dagangan maupun segi ekonomi pribadinya. 2. Perubahan Sosial masyarakat/KSM yang mempunyai usaha kecil dari bantuan modal PNPM Mandiri. Secara menyeluruh kehidupan sosial ekonomi masyarakat sebelum kebijakan PNPM Mandiri hadir didesa Sumberejo khususnya pada kegiatan ekonomi masyarakatnya belum semaju saat ini. Dengan hadirnya program PNPM Mandiri selama 3 (tiga ) tahun sejak kebijakan PNPM hadir didesa Sumberejo tahun 2009, telah terjadi perubahan sosial hingga mencapai 85% khususnya dalam perkembangan KSM. Hal tersebut dibenarkan oleh bapak Kasiono selaku ketua PNPM Mandiri Desa Sumberejo dan didukung hasil survey pengurus PNPM Mandiri pusat. Bapak Kasiono menambahkan bahwa kini masyarakat lebih berpikir kreatif dengan menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan baru melalui pengeloalan SDA yang ada, dengan PNPM Mandiri mendorong masyarakat tidak takut lagi membuat usaha, dan yang penting adalah perubahan pola pikir masyarakat setempat yang “nrimo” dengan keadaaan/nasib menjadi lebih berdaya guna, sehingga kehidupan masyarakat madani yang menjadi tujuan kebijakan PNPM Mandiri akan terwujud. Pernyataan lain dikeluarkan oleh bapak Soleh anggota KSM Bawang Prei yang berprofesi sebagai pedagang bakso pada suatu wawancara tanggal 21 Juli 2012: “Sangat nampak terjadi perubahan, kalau dulu saya pedagang bakso keliling sekarang saya punya tempat sendiri meskipun lahannya nyewa untuk jualan, UPK membantu saya”. Maka dapat diinterprestasikan bahwa terjadi perubahan sosial menjadi lebih baik, perubahan secara umum bagi seluruh masyarakat desa Sumberejo maupun secara khusus bagi penerima bantuan pinjaman dana bergulir/KSM. 3. Perubahan Ekonomi masyarakat/KSM yang mempunyai usaha kecil dari bantuan modal program PNPM Mandiri Dampak pemberian modal program PNPM Mandiri terhadap perubahan ekonomi terlihat dari meningkatnya keuangan anggota KSM. Dari anggota KSM yang diwawancarai yang diteliti, para anggota tersebut lebih banyak bergerak pada jenis usaha mikro dan kecil. Perkembangan usaha KSM dalam hal ini dinilai dari aset usaha, nilai penjualan, omzet produksi dan total laba setelah UMK menerima bantuan pinjaman dana bergulir. Perkembangan tersebut dalam dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.12 Perkembangan Ekonomi KSM No Aspek Penilaian Tetap Meningkat Total Responden Jumlah (anggota) % Jumlah (anggota) % 1 Asset usaha 1 14,29 6 85,71 7 2 Nilai Penjualan 1 14,29 6 85,71 7 3 Omzet Produksi 1 14,29 6 85,71 7 5 Total Laba 2 28,57 5 71,43 7 Sumber : Analisis data Primer, 2012 Dari hasil penelitian ke-7 sampel di atas dapat dijelaskan bahwa perkembangan ekonomi KSM yang juga bergerak dibidang usaha mikro dan kecil yaitu pada asset usaha, omset produksi, nilai penjualan, jumlah karyawan dan total laba dimana semuanya mengalami peningkatan. Dari tabel di atas dapat dilihat secara terperinci dengan sebanyak 85,71% yang mengatakan asset usaha meningkat, 85,71% mengatakan nilai penjualan meningkat, 85,71% mengatakan omset produksinya meningkat dan 80% mengatakan total laba usahanya meningkat. Hal ini menandakan adanya perbedaaan yang membawa ke arah positif mengenai perkembangan usaha antara sebelum mendapatkan bantuan modal dan sesudah mendapatkan bantuan modal. Hal ini mengartikan bahwa keberadaan program PNPM Mandiri sangat mendukung perkembangan KSM di daerah penelitian. Berdasarkan hasil analisis atas beberapa kriteria seperti tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu sudah efektif, karena memberikan manfaat secara tepat terutama dalam perkembangan dan kemajuan KSM. Efisiensi Implementasi Kebijakan Program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu Efisiensi implementasi kebijakan program PNPM-Mandiri dalam penelitian ini dinilai dari waktu, yang merupakan ketepatan waktu anggota KSM dalam mengembalikan dana program PNPM-Mandiri tersebut selama 1 tahun. Dari hasil wawancara terstruktur diperoleh data sepertri pada tabel berikut: Tabel 4.13 Waktu Pengembalian Dana program PNPM-Mandiri Anggota KSM di Desa Sumberejo Kota Batu No waktu Pengembalian Pinjaman (bulan) Jumlah Persentase (%) 1 10 1 14,29 3 11 2 28,57 4 12 2 28,57 5 13 2 28,57 Jumlah 7 100 Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2012 Dari tabel di atas terlihat bahwa waktu pengembalian pinjaman Anggota KSM bersisar antara 10 – 13 bulan, dengan waktu rata-rata 11,5 bulan. Dari jangka waktu 1 tahun yang ditetapkan untuk mengembalikan pinjaman, 71,43% berhasil mengembalikan dana pinjaman di bawah hingg satu tahun, sisanya sebanyak 28,57% (2 orang) yang pengembaliannya lebih dari satu tahun (13 bulan). Berdasarkan data di atas, maka implementasi kebijakan program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu dinilai efisien, karena dapat memperkecil waktu pengembalian, yang berarti dana tersebut dapat lebih cepat digulirkan pada KSM yang lain. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dampak implementasi kebijakan program PNPM Mandiri bagi perkembangan usaha kecil di Desa Sumberejo kota Batu dinilai dari efektivitas dan efisiensi pelaksanan program. Efektivitas implementasi dilihat dari adanya peningkatan kondisi usaha KSM, perubahan sosial dan perubahan ekonomi KSM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implemetasi kebijakan PNPM Mandiri didesa Sumberejo kota Batu, dilihat dari peningkatan indikator sebagaimana tersebut di atas. Sedangkan dari segi efisiensi, implemetasi kebijakan program PNPM Mandiri di desa Sumberejo kota Batu dinilai cukup efisien, dimana rata-rata waktu pengembalian modal pinjaman dapat dilakukan dalam waktu 11,5 bulan, yang berarti lebih cepat dari waktu yang ditetapkan yaitu satu (1) tahun. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan Program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu (1) Antusiasme masyarakat desa Sumberejo yang menyambut baik kebijakan tersebut diterapkan di desa Sumberejo, hal ini terbukti dengan aktifnya partisipasi warga desa melakukan swadaya menjalankan program-program PNPM mandiri di bidang UPK, UPS, dan UPL; (2) SDM yang bersedia menjadi pengurus PNPM Mandiri yang tidak mendapat honor/gaji. Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Program PNPM-Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu Berdasarkan pengakuan ibu Sunarti sebagai pengurus UPK yang diperkuat pernyataan bapak Kasiono sebagai ketua PNPM Mandiri, “Setiap kegiatan pasti ada hambatannya, hambatan tersebut adalah KSM tidak memenuhi kewajibannya mengembalikan pinjaman”. Hal yang menjadi penyebab hambatan adalah: (1) Tidak mengangsur atau menunggak; (2) Pinjaman dana bergulir tidak untuk modal usaha; (3) Anggota KSM pindah domisili dan belum memenuhi kewajibannya melunasi pinjaman; (4) Anggota KSM meninggal dunia; (5) Kesenjangan antara warga kelompok mampu dan kelompok tidak mampu. Hambatan dari kepengurusan UPK adalah: (1) Tidak diberikannya agunan sebagai jaminan pinjaman dana bergulir, sehingga tidak ada jaminan yang dapat digunakan oleh UPK jika hal yang buruk terjadi; (2) Tidak meratanya pembentukan KSM di tiga dusun Desa Sumberejo, karena pada tahun 2011 kini terbentuk 32 KSM yang lebih banyak tersebar di Dusun Santrean, sehingga hanya beberapa saja yang ada di Dusun Sumberejo dan Dusun Sumbersari; (3) Kurangnya intensitas fasilitator kelompok berkunjung untuk melakukan pembinaan dan pengawasan secara langsung. Kesimpulan (1)Implementasi kebijakan PNPM Mandiri didesa Sumberejo telah berjalan dengan baik, terbukti dilakukan melalui tahapan (a) Perencanaan, (b) Pelaksanaan (c) pembinaan; (2) Dampak implementasi kebijakan program PNPM Mandiri bagi perkembangan usaha kecil didesa Sumberejo kota Batu dinilai dari efektivitas dan efisiensi pelaksanan program. Efektivitas implementasi dilihat dari adanya peningkatan kondisi usaha KSM, perubahan sosial dan perubahan ekonomi KSM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implemetasi kebijakan program PNPM Mandiri di desa Sumberejo kota Batu, dilihat dari peningkatan indikator sebagaimana tersebut di atas. Sedangkan dari segi efisiensi, implemetasi kebijakan program PNPM Mandiri di desa Sumberejo kota Batu dinilai cukup efisien, dimana rata-rata waktu pengembalian modal pinjaman dapat dilakukan dalam waktu 11,5 bulan, yang berarti lebih cepat dari waktu yang ditetapkan yaitu satu (1) tahun; (3) Faktor pendukung dalam implemetasi kebijakan PNPM Mandiri di Desa Sumberejo adalah tingginya partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor penghambat dalam implementasi kebijakan PNPM Mandiri yaitu pertama berasal dari KSM dan pengurus UPK. Saran (1) Perlu penjelasan mengenai tujuan pemberian atau peminjaman modal dari PNPM Mandiri/pemerintah secara merata kepada masyarakat, supaya tidak menambah kesenjangan antara masyarakat mampu dan masyarakat kurang mampu; (2) Pihak pengelola Program PNPM-Mandiri perlu melakukan pengamatan yang lebih seksama terhadap calon penerima dana Program PNPM-Mandiri, terutama mengenai motivasi usaha dan kesiapan berusaha, sehingga pemberian dana menjadi efektif; (3) Perlu penambahan tenaga ahli pendamping di lapang, karena dalam beberapa kasus ada beberapa peserta program yang tidak mendapatkan kunjungan dalam jangka waktu yang lama dari tenaga ahli pendamping; (4) Bagi peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar dan lingkup wilayah penelitian yang lebih luas, sehingga dapat diperoleh gambaran lebih jauh mengenai implementasi kebijakan Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri. Daftar pustaka Anonimous. 2008. PTO Tentang PNPM Mandiri. Tim Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Jakarta. Arikunto Suharsimi, Dr. 2002.Prosedur Penelitian. Jakarta. PT Rineka Cipta Chambers, Robert,1987, Pembangunan Masyarakat Desa, Mulai Dari Belakang, LP3ES, Jakarta. Dunn, N William, 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua: Gadjah Mada University Press Friedman, John, 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development, Massachusetts, MIT Press Kahar, Abdul. 2000. Thesis. Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Melalui Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Studi KajianTentang Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Di Desa Kertowono Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang. Universitas Merdeka Malang Kartasasmita, Ginanjar, dkk. 2005. Pembaharuan dan Pemberdayaan. Jakarta. Ikatan Alumni Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta LEMBAR PERSETUJUAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI) DALAM MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT (Suatu Penelitian Implementasi SK NO. 23/KEP/Menko/Kesra/VII/2007 Tentang Pedoman Umum PNPM Mandiri di Desa Sumberejo Kota Batu) ARTIKEL TUGAS AKHIR Oleh : Yuliati Natalia NIM. 2008210036

Senin, 30 Januari 2012

ADMINISTRASI PERKANTORAN

TUGAS MANDIRI AKHIR SEMESTER
(Sifat terbuka)
Mata kuliah : ADM. PERKANTORAN
Dosen : Sugeng Rusmiwari
Mahasiswa : Yuliati Natalia
NIM : 2008210036
Alamat Blog : www.ulieanakragil.blogspot.com


1.a. Pada hakikatnya administrasi adalah ilmu dan seni, disebut sebagai ilmu karena administrasi merupakan pengetahuan-pengetahuan tentang menjalankan organisasi, sedangkan disebut sebagai seni karena administrasi merupakan tata cara mengatur, dan mengendalikan serta menjalankan sebuah organisasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam arti sempit, administrasi merupakan kegiatan-kegiatan/ cara-cara yang dilakukan oleh sekelompok orang yang ada dalam organisasi (leader mauapun follower) untuk melakukan pekerjaan perkantoran (clirecal work), yaitu pencatatan, pengarsipan, pendokumentasian, serta menjalankan fungsi sebagai public servant, yaitu kegiatan melayani setiap orang yang membutuhkan pelayanan dari organisasi tersebut.

b. Sumber daya adalah segala apa yang merupakan sumber kekuatan bagi orang yang melakukan usaha atau daya upaya, yakni terutama: manusia (personil), uang, dan alat, pesawat, mesin, gedung dan sebaginya, ( Prajudi Admosudirdjo, 1985 : 23).
untuk mencapai tujuannya segala sesuatu yang ada dalam organisasi merupakan sumber daya organisasi yang dapat didaya gunakan secara optimal. Sumber daya tersebut adalah SDM, SDA, Teknologi, sarana dan prasarana, dll. Manajemen yang baik atas sumber daya yang ada dalam organisasi akan menghasilkan output yang baik pula, tepat guna (efisien), tepat waktu (efektif), dan nyata (rasional).

c. Kendala yang sering terjadi dalam organisasi adalah konflik/masalah yang terjadi secara internal maupun eksternal. Secara internal berarti konflik yang terjadi karena teknologi, sarana dan prasarana, fasilitas, serta SDM antar individu, baik karyawan dengan karyawan, atasan-dengan atasan, maupun karyawan dengan atasan. Sedangkan secara eksternal berarti konflik/masalah yang ditimbulkan oleh pihak luar, baik itu SDA yang belum terpenuhi, ataupun pihak lain yang menginginkan terjadinya konflik.
Solusi yang tepat yaitu perlu adanya manejemen yang baik dalam mengendalikan semua hal tersebut, pengaturan komunikasi yang lancar dan kerjasama antar karyawan, antar atasan, maupun karyawan dengan atasan, penciptaan suasana organisasi yang sehat dan nyaman, ketersediaan teknologi, sarana dan prasarana yang memadai, terpenuhinya fasilitas yang dibutuhkan seluruh anggota organisasi.
Selain itu perlu menciptakan hubungan yang baik dengan berbagai pihak luar agar terjalin kerjasama yang saling mendukung.

2. a. Leader dalam sebuah organisasi adalah memimpin, namun tidak hanya itu fungsi leader, leader merupakan orang yang pertama dan utama dalam organisasi, dimana leader bertanggung jawab atas organisasi secara keseluruhan, bertanggungjawab atas perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan dalam organisasi (POAC Planning Organizing Actuating Contolling). Dalam menjlaankan fungsinya seorang leader dituntut untuk memiliki dasar yang baik, memilki pedoman etika memimpin dan berorganisasi yang baik, karena pemimpin tidak sekedar memimpin namun mengatur organisasi secara keseluruhan. Follower akan merasa dihargai jika pemimpin menganggap follower merupakan bagian terpenting dalam mencapai tujuan organisasi. memberi kesempatan yang sama bagi follower untuk berpendapat dan mengeluarkan idenya, bijaksana dalam menangani konflik, tidak memihak, serta selalu memberi motivasi kepada follower untuk terus maju dan berprestasi.

b. Jika etika kepemimpinan dan sistem organisasi baik maka efektifitas prosedur administrasi perkantoran akan baik pula. Sebaliknya jika etika kepemimpinan dan sistem organisasi tidak baik maka efektifitas prosedur administrasi perkantoran akan tidak baik pula. Hal ini didukung oleh cara pemimpin menjalankan fungsi memimpinnya dalam melakukan kegiatan orgaisasi, apakah telah beretika organisasi dan sesuai aturan yang disepakati bersama? Dan apakah telah melayani follower dan publik dengan baik? Sehingga efektifitas prosedur administrasi perkantoran tercapai.

c. Kantor adalah rumah kedua bagi leader maupun follower, namun yang menjadi hambatan bagi leader maupun follower untuk menjadikan kantor sebagai rumah kedua adalah kurangnya tercipta suasana kerja yang nyaman, hal ini disebabkan oleh banyak faktor, konflik dalam diri masing-masing individu ataupun konflik yang disebabkan oleh individu lain, contohnya: gaya kepemimpinan yang otoriter, persaingan yang tidak sehat antar individu, upah dan fasilitas yang tidak memuaskan, serta terbatasnya sarana dan prasarana di kantor.

3.a. Setiap individu dalam organisasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin, baik secara formal maupun hanya sesaat saja. Hal ini didasari oleh teori Mc. Douglas yang mengatakan bahwa setiap manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin, sehingga memiliki bakat dan kemampuan untuk memimpin (Paradigma Analisis Metta Administration). Dalam organisasi, terdapat kepemimpinan situasional yang artinya dalam situasi tertentu bawahan bisa menjadi pemimpin, dan sebaliknya pemimpin bisa menjadi bawahan. Hal ini terjadi ketika pemimpin memberi kesempatan bawahan untuk berpendapat dan melakukan kretifitas dan idenya, dimana pemimpin mau mendengar dan menjalankan ide bawahannya, serta situasi darurat dimana bawahan harus mengambil keputusan dalam organisasi ketika terjadi kekosongan pemimpin.

b. Unsur yang dominan dalam pendekatan Metta Leadership yaitu:
1. Unsur otoriter, bila gaya kepemimpinannya semena-mena, memaksakan kehendak dan pendapat.
2. Unsur demokratis, bila gaya kepemimpinannya bersedia mendengar pendapat orang lain, bersifat terbuka dan menerima kritik dan saran, komunikasi dan hubungan kerjasama antara atasan dan bawahan terjalin secara timba balik.
3. Unsur liberal, bila gaya kepemimpinannya menganggap bawahan telah mengerti dan memahami kegiatan berorganisasi, sehingga terlalu memberi kebebasan kepada bawahan dan kurangnya pengendalian terhadap sistem dan kegiatan organisasi.

c. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin harus benevolent autocrat, yang berarti bahwa setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin harus tepat sasaran (efisien) dan tepat waktu (efektif), mencakup segala aspek, tidak memihak, dan dapat dilaksakan sesuai kemampuan. Untuk hal tersebut pemimpin dituntut standar penampilan pribadi (grooming) yang baik, baik secara fisik maupun psikisnya, berpenampilan rapi dan sehat serta memiliki karakter dan kepribadian yang baik, berwibawa, bijaksana, dan menjad teladan bagi bawahannya.

4. a. Dalam organisasi, setiap anggota yang ada didalamnya mulai dari Top Leader hingga Follower-nya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dalam kegiatan maupun fungsinya, setiap leader maupun follower dituntut untuk bertanggungjawab (akuntabilitas) dalam menjalankan fungsinya sesuai job description atau tugas pokok dan fungsinya yang diperankannya. Demi terwujudnya pelayanan prima (excellent services/customer care) bagi publik yang membutuhkan pelayanan maka dituntut pertanggunggjawaban secara vertical maupun horizontal, secara vertikal yang artinya bertanggungjawab terhadap Tuhan atas setiap tindakannya dalam menjalankan organisasi, sedangkan secara horizontal yang artinya dapat dipertanggungjawabkan terhadap sesama anggota organisasi.
b. Jika akuntabilitas setiap individu dapat diwujudkan maka pengembangan karier (career development) pegawai akan berjalan dengan efektif, dimana kecurangan-kecurangan dalam berorganisasi dapat diminimalisir, dan etika berorganisasi administrasi perkantoran dapat ditingkatkan.
c. Agar terjadi organisasi yang link and match dan good and good, maka perlu sebuah sistem dan manajemen organisasi yang baik, penegasan terhadap peraturan-peraturan yang harus ditaati disertai sanksi, job description yang jelas, akuntabilitas setiap individu secara vertical dan horizontal, prioritas pada pelayanan prima, etika berorganisasi administrasi perkantoran yang efektif, meberi peluang dan kesempatan atas pengembangan karier pegawai, dan penciptaan suasana kerja yang nyaman sebagai rumah kedua bagi anggota organisasi, serta komunikasi dan hubungan kerjasama yang baik secara internal maupun eksternal.

Minggu, 10 Juli 2011

ETIKA DAN FILSAFAT KEPEMIMPINAN, KEPEMIMPINAN PELAYANAN PUBLIK DAN PEMBANGUNAN DAERAH

The Right Man On The Right Place

Manusia diciptakan oleh Tuhan YME untuk menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk lainnya. Diberi karunia untuk ber-cipta, ber-rasa, dan ber-karsa dimuka bumi. Setiap agama memaparkan kejadian manusia didalam kitab-kitab sucinya masing-masing, setiap kitab suci tidak ada yang mengatakan bahwa manusia terlahir dari rahim kera atau keturunan hewan, dia terlahir untuk menjalankan visinya sebagai manusia, bersikap dan berperilaku sebagai tanggungjawabnya menjadi manusia, jika ada manusia berperilaku tidak seperti manusia maka tentu dia memiliki permasalahan pada hakikat dirinya, atau bahkan tidak beragama karena tidak pernah membaca kitab suci yang akan membawanya pada sebuah kebaikan. Sungguh sangat menyedihkan jika seorang manusia disebut tidak beragama.

Intelektual Quotion (IQ), Spiritual Quotion (SQ), dan Emosional Quotion (EQ) merupakan bekal yang telah diberi Tuhan sejak lahir, hal ini akan menghasilkan perbuatan positif maupun negatif, tergantung masing-masing pribadi manusia itu sendiri menyikapi arti dirinya hidup. Karena banyak individu yang kita temui dijagad raya ini, individu-individu yang sangat pintar, pandai, cerdas, jenius, penuh akal dan ide, unggul dalam IQ, namun dia tidak memperhatikan SQ yang menjadi dasar perilakunya, dia tidak memperhatikan siapa yang memberi anugerah dalam dirinya, dia tidak memiliki tanggung jawab perbuatannya kepada Tuhan dan sesama, tidak dapat membedakan perbuatan yang benar atau salah, dan tidak beretika. Atau individu-individu yang diberi anugerah untuk memimpin dan menjadi orang nomor satu dilingkungan sosialnya, namun dia tidak bisa mengendalikan emosinya/EQ rendah. Seorang manusia yang baik haruslah bisa menyeimbangkan ketiga hal diatas, baik itu IQ, SQ, dan EQ, apalagi kita sebagai mahasiswa yang merupakan agent of change, generasi yang membawa perubahan harus memiliki ketiga hal tersebut. Bekal IQ yang telah kita peroleh sejak kita mengenal bangku sekolah (TK, SD, SMP, SMA, dan sarjana) tidak akan berarti jika tidak lengkapi dengan keimanan dan keyakinan kita dalam beragama dan beretika (SQ dan EQ), bahkan EQ saja atau SQ saja tidak akan berarti jika tidak memilki akal pikiran (IQ).

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai makhluk individu manusia memiliki kepribadian, sikap dan perilaku yang akan membawanya pada suatu pengertian berbeda terhadap suatu obyek, tingkah lakunya sebagai individu akan mempengaruhi etika dan tingkah lakunya sebagai makhluk sosial. Menurut Sigmund Freud dalam teori psiko-analisisnya mengatakan bahwa kepribadian terdiri dari 3 (tiga) sistem, yaitu: Id (das es), superego (uber ich), dan ego (das ich).
 Id terletak dalam ketidaksadaran dan merupakan dorongan-dorongan primitif. Id merupakan dorongan untuk hidup dan memepertahankan kehidupan (life instinct) serta dorongan untuk mati (death instinct). Bentuk dorongan hidup adalah dorongan seksual atau disebut juga libido, sedangkan bentuk dorongan mati adalah dorongan agresi. Agresi adalah dorongan yang menyebabkan orang ingin menyerang orang lain, berkelahi, berperang dan marah. Prinsip Id adalah prinsip kesenangan dan tujuannya memuaskan semua dorongan primitif.
 Superego adalah suatu sistem yang merupakan kebalikan dari Id. Sistem ini dibentuk melalui kebudayaan baik diperoleh melalui pendidikan atau belajar pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dorongan-dorongan yag berasal dari superego akan berusaha menekan dorongan yang timbul dari Id, karena dari Id tersebut tidak sesuai atau tidak bisa diterima oleh Superego.
 Ego adalah sistem dimana kedua dorongan dari Id dan Superego beradu kekuatan. Fungsi Ego adalah menjaga keseimbangn antara kedua sistem tersebut, sehingga tidak perlu banyak dorongan Id yang dimunculkan pada kesadaran. Sebaliknya, tidak semua dorongan Superego yang dipenuhi. Ego sendiri tidak mempunyai dorongan atau energi. Ego hanya menyesuaikan dorongan-dorongan Id dan Superego. Ego adalah satu-satunya sistem yang langsung berhubungan dengan dunia luar. Ego yang lemah tidak dapat menjaga keseimbangan antara Superego dan Id. Ego yang terlalu dikuasai oleh dorongan-dorongan dan Id saja, maka orang yang bersangkutan cenderung menjadi psikopat (tidak memperhatikan norma-norma dalam segala tindakannya), sedangkan orang yang terlalu dikuasai oleh Superego-nya, maka orang yang bersangkutan ada kecenderungan menjadi psikoneurose (tidak dapat menyalurkan dorongan-dorongan primitifnya).

Sebagai makhluk sosial manusia harus memilki etika yang baik dalam berinteraksi dengan sesamanya, menurut Bertens (1999:6) etika berarti : Nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, kumpulan asas atau nilai moral Ilmu tentang yang baik dan buruk. Moral adalah etika itu sendiri, dalam bahasa Yunani, kata moral bermakna adat, istiadat, kelakukan, kebiasaan, tabiat, watak, akhlak, cara hidup. Perbedaan etika dan moral adalah; jika etika menjawab apa yang harus dilakukan sedangkan moral menjawab bagaimana cara melakukannya. Tolak ukur atau kaidah bagi pertimbangan dan nilai-nilai yang terkandung dalam tindakan/sikap disebut norma, norma mengandung sangsi dan penguatan (reinforcement). Nilai merupakan daya guna yang termuat, menjiwai suatu maksud dan tujuan yang diinginkan. Ada 4 nilai Etika yang berkembang dalam masyarakat, yaitu : Nilai agama; Nilai moral; Nilai sosial; dan Nilai undang-undang.
 Nilai agama, merupakan hal-hal yang mempelajari tentang pengetahuan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, benar dan salah, jika melakukan pelanggaran maka hubunganya dengan Tuhan/akhirat.
 Nilai moral, merupakan bagaimana tindakan-tindakan yang harus dilakukan seorang individu, jika melakukan pelanggaran maka berkaitan dengan citra diri.
 Nilai sosial, merupakan tataran berinteraksi dengan masyarakat, bagaimana mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati oleh sekelompok masyarakat, jika melakukan pelanggaran maka hukuman yang diberikan berupa dikucilkan, denda adat, dan dipermalukan.
 Nilai undang-undang, yaitu segala peraturan tertulis yang telah dibuat oleh negara untuk mengatur tata kehidupan masyarakatnya, jika melakukan pelanggaran maka sanksi yang diberikan adalah hukuman penjara dan denda.

Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, dengan menggunakan akal budi yang dimilikinya, manusia melihat realitas dan selalu ingin mencari tahu sebab dan akibat suatu realitas/kenyataan. Rasa keingintahuan tersebut menghasilkan pengetahuan-pengetahuan atas berbagai realita, pengetahuan-pengetahuan tersebut dikaji dan diteliti melalui metode-metode yang sistematis, logis, dan empiris sehingga hasil pengetahuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (koheren). Hasil yang metodis ini berkembang menjadi suatu disiplin ilmu pengetahuan, kegiatan manusia untuk berpikir logis dan selalu mencari kebenaran secara mendalam untuk medapatkan suatu kepastian secara tepat inilah disebut berfilsafat. Filsafat sendiri dalam bahasa Yunani, Philein/Philo (cinta/hasrat yang besar dan bersungguh-sungguh), dan Sophia (kebijaksanaan/kebenaran yang sungguh-sungguh dan sejati). jadi filsafat adalah cinta kebijaksanaan/kebenaran yang hakiki, menyangkut rasionalisme (akal) atau pemikiran manusia kritis, sistematis, dan paling dalam, materialisme (materi) atau refleksi/pendalaman ilmu, idealisme (ide) atau hasil analisi dan abstraksi, hedonisme (kesenangan) atau pandangan hidup, dan starsisme (tabiat yang saleh) atau perenungan jiwa yang mendalam, mendasar, dan menyeluruh.

Manusia pada dasarnya telah diberi kemampuan untuk menjadi pemimpin, pemimpin bagi dirinya sendiri maupun pemimpin bagi orang lain. Lalu pemimpin yang bagaimana? Tentu pemimpin yang beretika kepemimpinan dan berfilsafat kepemimpinan yang baik (traits theory of leadership), seperti yang Ki Hajar Dewantoro katakan, pertama ”Ing ngarsa sung tuladha”, pemimpin yang memiliki perilaku terpuji akan mampu membawa orang lain/anggotanya pada jalan yang benar, berada didepan dan menjadi teladan bagi bawahannya untuk berbuat benar, menjadi orang pertama yang dengan tegas dan tepat mengambil keputusan, jujur dan bertanggungjawab terhadap perbuatannya, selalu mencari kebenaran dan bijaksana. Namun pemimpin yang terlalu memaksakan segala keputusannya, sok berkuasa dan sewenang-wenang atas jabatannya akan memunculkan pemimpin yang otoriter, terlalu menekan anggota dengan berbagai tugas dan kewajiban tanpa memprioritaskan hak anggota akan berdampak buruk terhadap kondisi organisasi. Pemimpin harus bisa mengendalikan jabatannya.

Kedua ”Ing madya mangun karsa”, pemimpin tidak harus selalu berada didepan, suatu ketika pemimpin menempatkan posisinya sebagai anggota, dimana pemimpin harus mendengarkan pendapat anggotanya, memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengaktualisasikan dirinya untuk maju, pemimpin memberi penghargaan yang pantas atas prestasi yang dicapai anggotanya, melayani kebutuhan anggotanya dan orang lain, karena anggota merupakan partner kerja yang penting untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, pemimpin yang terbuka dan menjadi motivator bagi anggota untuk maju akan memunculkan kondisi yang demokratis, dimana setiap individu dalam organisasi berpartisipasi dan bekerjasama untuk mewujudkan tujuan.

Ketiga ”Tut wuri handayani”, pemimpin harus selalu belajar untuk bisa lebih baik lagi, baik itu belajar dari kesalahan maupun selalu menambah pengetahuan-pengetahuan, selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, menciptakan kondisi yang sejahtera dan bahagia, pemimpin dengan sifat liberal akan selalu mencoba melakukan yang terbaik bagi organisasinya.

Kondisi saat ini tidak banyak kita temui pemimpin yang seperti diatas, nilai-nilai etika telah luntur, bahkan marak saat ini para pemimpin yang tidak berfilsafat dan hanya menggunakan popularitas semata. Pertama patologi pemimpin karena persepsi, pemimpin telah lupa menggunakan hati nuraninya untuk menggunakan jabatannya secara baik dan benar, penyalah gunaan wewenang dan status quo, memerima suap, KKN, arogan, tidak adil, paranoid, banyak pemimpin yang ketika telah memimpin tidak sesuai dengan visi yang diusungnya ketika kampanye. Kedua patologi pemimpin akibat pengetahuan dan keterampilan: pemimpin merasa puas diri atas kemampuannya, tidak produktif, stagnasi, tidak mau berkembang, kurang inisiatif, trial and eror, dan pasif. Ketiga patologi pemimpin akibat tindakan melanggar hukum: pemimpin menerima suap, tidak jujur, sabotase, pemalsuan dan rekayasa, KKN, dsb. Keempat patologi akibat perilaku: pemimpin tidak sopan, kepentingan diri sendiri, tidak profesional, tidak disiplin, pemaksaan, konspirasi, tidak berkeprimanusiaan, negatifisme, pemborosan, dsb. Dan kelima patologi pemimpin akibat situasi internal: tujuan dan sasaran tidak efektif dan efisien, kewajibannya dianggap sebagai beban yang harus dikerjakan, pengangguran terselubung, pemberian pelayanan yang berbelit-belit, dsb.
Sekarang kita (mahasiswa) sebagai agent of change apa yang harus kita lakukan? Jika kita mengaku sebagai manusia yang berpendidikan tentu kita adalah sebagai manusia yang beretika dan berfilsafat kepemimpinan baik, lalu apakah anda telah melakukannya? Hal ini tentu diri pribadi kita masing-masing yang mampu menjawabnya, karena kita tidak akan bisa menjadi agen perubahan dan memimpin bangsa ini dengan baik jika kita tidak bisa merubah dan memimpin diri kita sendiri dengan baik. Pendidikan budi pekerti dinilai sangat penting untuk kembali diajarkan disekolah-sekolah, mengingat saat ini pelajaran budi pekerti telah usang (tidak diketahui kapan pastinya kurikulum pendidikan budi pekerti tidak lagi diajarkan disekolah-sekolah), dan tidak lagi menjadi penting bagi sekolah-sekolah. Padahal selain pendidikan budi pekerti kita peroleh dari keluarga, sangatlah penting pendidikan ini diajarkan dimana-mana, karena akhlak dan moral adalah hal penting yang saat ini tak lagi diperhatikan.

Kita tentu berangan-angan memiliki negara kesejahteraan yang sehat dan dinamis (wellfare state), dimana suatu negara yang bebas KKN, pendidikan dan kesehatan terjamin dan memiliki prosedur administrasi dan pelayanan publik yang tidak berbelit-belit, dan pembangunan yang sesuai sasaran. Apakah itu hanya akan menjadi angan-angan? Jawabannya adalah tidak, karena kita berada dalam kehidupan masyarakat yang nyata, maka kita akan membuat suatu solusi yang nyata pula, yaitu dibutuhkannya pemimpin yang beretika dan berfilsafat kepemimpinan yang baik, tentu juga yang beretika dan berfilsafat administrasi yang baik.

Peran etika dan filsafat dalam dunia administrasi, yaitu etika adalah dunianya filsafat, nilai, dan moral. Administrasi adalah dunia keputusan dan tindakan. Etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk, sedangkan administrasi adalah konkrit dan harus mewujudkan apa yang diinginkan (get the job done). Pembicaraan tentang etika dalam administrasi adalah bagaimana mengaitkan keduanya, bagaimana gagasan-gagasan administrasi (ketertiban, efisiensi, kemanfaatan, produktivitas) dapat menjelaskan etika dalam prakteknya, dan bagaimana gagasan-gagasan dasar etika (mewujudkan yang baik dan menghindari yang buruk) dapat menjelaskan hakikat administrasi.(www.ginandjar.com)

Terutama sejak dasawarsa tahun 1970-an, etika administrasi telah menjadi bidang
studi yang berkembang pesat dalam ilmu administrasi. Perkembangan ini terutama didorong, meskipun bukan disebabkan semata-mata oleh masalah-masalah yang dihadapi oleh administrasi negara di Amerika karena skandal-skandal seperti Watergate dan Iran Contra.

Kajian-kajian tersebut masih berlangsung hingga saat ini, dan masih belum terkristalisasi. Hal ini mencerminkan upaya untuk memantapkan identitas ilmu adminis trasi, yang sebagai disiplin ilmu yang bersifat eklektik dan terkait erat dengan dunia praktek, tidak dapat tidak terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Meskipun dikatakan demikian, sejak awalnya masalah kebaikan dan keburukan telah menjadi bagian dari bahasan dalam administrasi; walaupun sebagai subdisiplin baru berkembang kemudian. Misalnya, konsep birokrasi dari Weber, dengan konsep hirarkinya dan birokrasi sebagai profesi, mencoba untuk menunjukkan birokrasi yang baik dan benar. Begitu juga upaya Wilson untuk memisahkan politik dari administrasi. Bahkan konsep manajemen ilmiah dari Taylor dapat juga dipandang sebagai upaya ke arah itu. Cooper (1990) bahkan menyatakan bahwa nilai-nilai adalah jiwanya administrasi negara. Frederickson (1994) mengatakan nilai-nilai menempati setiap sudut administrasi. Jauh sebelum itu Waldo (1948) menyatakan siapa yang mempelajari administrasi berarti mempelajari nilai, dan siapa yang mempraktekkan administrasi berarti mempraktekkan alokasi nilai-nilai.

Peran etika dalam administrasi baru mengambil wujud yang lebih terang relatif
belakangan ini saja, yakni kurang lebih dalam dua dasawarsa terakhir ini. Masalah etika ini terutama lebih ditampilkan oleh kenyataan bahwa meskipun kekuasaan ada di tangan mereka yang memegang kekuasaan politik (political masters), ternyata administrasi juga memiliki kewenangan yang secara umum disebut discretionary power. Persoalannya sekarang adalah apa jaminan dan bagaimana menjamin bahwa kewenangan itu digunakan secara “benar” dan tidak secara “salah” atau secara baik dan tidak secara buruk. Banyak pembahasan dalam kepustakaan dan kajian subdisiplin etika administrasi yang merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan itu. Etika tentunya bukan hanya masalahnya administrasi negara. Ia masalah manusia dan kemanusiaan, dan karena itu sejak lama sudah menjadi bidang studi dari ilmu filsafat dan juga dipelajari dalam semua bidang ilmu sosial. Di bidang administrasi, etika juga tidak terbatas hanya pada administrasi negara, tetapi juga dalam administrasi niaga, yang antara lain disebut sebagai business ethics.

Nicholas Henry (1995) berpandangan bahwa ada tiga perkembangan yang mendorong berkembangnya konsep etika dalam ilmu administrasi, yaitu (1) hilangnya dikotomi politik administrasi, (2) tampilnya teori-teori pengambilan keputusan di mana masalah perilaku manusia menjadi tema sentral dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya seperti rasionalitas, efisiensi, (3) berkembangnya pandangan-pandangan pembaharuanm, yang disebutnya “counterculture critique”, termasuk di dalamnya dalam kelompok yang dinamakan “Administrasi Negara Baru”.

John A. Rohr menunjukkan dengan jelas melalui ungkapan sebagai berikut: “Through administrative discretion, bureaucrats participate in the governing process of our society; but to govern in a democratic society without being responsible to the electorate raises a serious ethical question for bureaucrats”.
Oleh karena itu pula bahasan ini tidak dimulai dengan batasan-batasan karena telah banyak kepustakaan yang mengupas etika, moral, moralitas, sehingga pengetahuan mengenai hal itu di sini sudah dianggap “given”. Untuk kepentingan pembahasan di sini diikuti jejak Rohr, pakarnya masalah etika dalam birokrasi, yang menggunakan etika dan moral dalam pengertian yang kurang lebih sama, meskipun untuk kepentingan pembahasan lain, misalnya dari sudut filsafati, memang ada perbedaan. Rohr menyatakan: “For the most part, I shall use the words “ethics” and “morals” interchangeably. Although there may be nuances and shades of meaning that differentiate these words, they are derived etymologically from Latin and Greek words with the same meaning.” Kita ketahui dari kepustakaan bahwa kata etika berasal dari Yunani ethos yang artinya kebiasaan atau watak; dan moral, dari kata Latin mos (atau mores untuk jamak) yang artinya juga kebiasaan atau cara hidup.(www.ginandjar.com)

Di bidang administrasi negara, sehingga masalah ini menjadi keprihatinan (concern) yang sangat besar, karena perilaku birokrasi mempengaruhi bukan hanya dirinya, tetapi masyarakat banyak. Selain itu, birokrasi juga bekerja atas dasar ke percayaan, karena seorang birokrat bekerja untuk Negara dan berarti juga untuk rakyat. Wajarlah apabila rakyat mengharapkan adanya jaminan bahwa para birokrat (yang dibiayainya dan seharusnya mengabdi kepada kepentingannya) bertindak menurut suatu standar etika yang selaras dengan kedudukannya.

Selain itu, telah tumbuh pula keprihatinan bukan saja terhadap individu-individu para birokrat, tetapi terhadap organisasi sebagai sebuah sistem yang memiliki kecenderungan untuk mengesampingkan nilai-nilai. Apalagi biokrasi modern yang cenderung bertambah besar dan bertambah luas kewenangannya. Appleby (1952), termasuk orang yang paling berpengaruh dalam studi mengenai masalah ini. Ia mencoba mengaitkan nilai-nilai demokrasi dengan birokrasi dan melihat besarnya kemungkinan untuk memadukannya secara serasi. Namun, Appleby mengakui bahwa dalam prakteknya yang terjadi adalah kebalikannya. Ia membahas patologi birokrasi yang memperlihatkan bahwa birokrasi itu melenceng dari keadaan yang seharusnya.

Golembiewski (1962, 1965) yang juga merujuk pada pandangan Appleby, selanjutnya mengatakan bahwa selama ini organisasi selalu dilihat sebagai masalah teknis dan bukan masalah moral, sehingga timbul berbagai persoalan dalam bekerjanya birokrasi pemerintah. Hummel (1977, 1982, 1987) mengeritik birokrasi rasional ala Weber yang menyatakan bahwa birokrasi, yang disebut sebagai bentuk organisasi yang ideal, telah merusak dirinya dan masyarakatnya dengan ketiadaan norma-norma, nilai-nilai, dan etika yang berpusat pada manusia.

Begitu sangat pentingnya peran pemimpin yang beretika dan berfilsafat, pemimpin tidak hanya bertanggung jawab atas tindakan dan perilakunya didunia saja, tetapi juga bertanggung jawab kepada Tuhan YME.


Daftar Pustaka:
Mangkunegara, Dr. A.A.Anwar Prabu, M.si. 2005. Perilaku Dan Budaya Organisasi: Cetakan Pertama. Bandung: PT. Refika Aditama.
www.ginandjar.com

Rabu, 01 Desember 2010

Analysis dan Manajemen Dampak Lingkungan

TUGAS KELOMPOK IV
Mata Kuliah: ANALYSIS DAN MANAJEMEN DAMPAK LINGKUNGAN

Tema: "Pelestarian Lingkungan Hidup"
Sub Tema: "Energi Nuklir Untuk Pembangkit Listrik Sebagai Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan berkelanjutan"

OLEH:
Yuliati Natalia (2008210036)
Riza Sugianto (2009210020)
Yustinus Usfinit (20092100

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
2010

A. Pendahuluan
Tidak bisa disanggah lagi kalau di era kini, segala aktivitas yang dilakukan masyarakat modern sangat ketergantungan kepada ketersediaan energi. Hampir di semua sektor kegiatan, energi menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu, kemajuan suatu negara akan sangat terkait dengan kecukupan ketersediaan energi di negara tersebut. Sebut saja negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan negara-negara Eropa lainnya, bahkan Korea . Ketersediaan energi di negara-negara tersebut sangat memadai untuk melakukan kegiatan di berbagai bidang yang bisa diandalkan untuk pembangunan bangsa dan negaranya. Namun dalam pengadaan energi tentu saja harus memperhatikan faktor kelestarian lingkungan hidup. Karena lingkungan tempat mahluk hidup ini bernaung tidak kalah pentingnya dari kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Merusak lingkungan hidup, sama saja dengan mencelakakan diri sendiri. Lingkungan hidup suatu negara akan sangat berkaitan dengan negara lain, karena kita tinggal di bumi yang sama. Sebab itu pula setiap negara sangat berkewajiban untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan mencegah hal-hal yang bisa menjadi penyebab kerusakan lingkungan hidup.
Dampak kerusakan lingkungan hidup seperti pemanasan global, saat kini sudah mulai dirasakan di berbagai belahan bumi ini. Seperti terjadinya peningkatan suhu udara, permukaan air laut naik, yang bisa menenggelamkan pulau-pulau kecil, dan daratan di sekitar pantai, terjadinya perubahan iklim, yang kini sudah terjadi di beberapa tempat termasuk di negeri ini. Kesemua itu karena lingkungan tempat manusia dan mahluk hidup lainnya sudah tercemar. Bahkan menurut sumber-sumber yang bisa dipercaya, keganasan topan yang akhir-akhir ini suka melanda salah satu bagian di daratan Amerika, diprediksi oleh para ahli sebagai efek dari pemanasan global. Ancaman lain yang tidak kalah bahayanya bagi kehidupan manusia, adalah terjadinya hujan asam.
Di Indonesia sendiri, memasuki tahun 2006 telah terjadi angin badai di beberapa perairan yang mengakibatkan banjir di daerah sekitar pantai hingga berhari-hari. Akibatnya para nelayan tidak bisa turun ke laut untuk mencari ikan, sehingga mereka mengalami masa-masa paceklik. Belum lagi lebatnya curah hujan mengakibatkan banjir dan tanah longsor di beberapa daerah. Kejadian-kejadian ini tentu masih punya kaitan dengan pemanasan global akibat kerusakan lingkungan. Kalau penyebab-penyebab kerusakan global ini tidak ditanggulangi untuk ditekan sekecil mungkin, tentu kerusakan lingkungan yang sudah terjadi ini akan semakin parah yang akibatnya juga akan merugikan semua mahluk hidup termasuk kita.
Penyumbang terbesar kerusakan lingkungan hidup secara menyeluruh, adalah polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, bahan bakar minyak, dan gas alam secara besar-besaran. Dari pembakaran itu berakibat terjadinya emisi rumah kaca sebagai penyebab pemanasan global.
Masalah lingkungan hidup memang bukan persoalan salah satu negara saja, tetapi sudah menjadi tanggung jawab seluruh bangsa dan negara. Oleh karena itulah berbagai upaya dilakukan orang untuk mencegah tambah rusaknya lingkungan hidup. Seperti dengan diselenggarakannya KTT Bumi, Protocol Kiyoto, dlsb. Bahkan beberapa negara yang masih memanfaatkan bahan bakar fosil, berusaha mengurangi efek rumah kaca dengan menggunakan bahan bakar gas alam yang secara ekonomis sangat kompetitif bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi atau batubara. Hanya sebenarnya gas alam juga tetap menimbulkan CO2, tetapi lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan minyak bumi dan batubara. Di samping itu pun gas alam juga menimbulkan methan selama proses penyediaannya, yang kesemua itu dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Meski akhir-akhir ini muncul teori lain tentang efek rumah kaca, seperti menurut periset Amerika mengatakan bahwa variable aktivitas Mataharilah yang bepengaruh pada naik turunya suhub global. Namun mengurangi pembakaran bahan bakar fosil bagi pemenuhan kebutuhan energi tentu mempunyai manfaat yang besar, paling tidak sebagai langkah penghematan cadangan sumber daya alam yang ada untuk dipergunakan oleh anak cucu kita nanti.
Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara secara besar-besaran, dilakukan orang untuk keperluan pembangkit tenaga listrik, industrialisasi, dan transportasi. Khusus untuk bahan bakar pembangkit tenaga listrik, sebenarnya penggunaan bahan bakar fosil sudah bisa ditekan sekecil mungkin, karena ada teknologi modern yang menggunakan bahan bakar lain non fosil yang lebih irit produktif, aman dan tidak menimbulkan polusi. Disamping itu pun bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak harganya cenderung terus meningkat, persediaannya juga sangat terbatas. Orang tidak mungkin harus ketergantungan terus menerus kepada bahan bakar minyak, karena suatu saat cadangannya akan habis. Oleh karena itu bagi Indonesia kini saatnya kita memanfaatkan bahan bakar non fosil untuk berbagai keperluan seperti untuk pembangkit listrik. Dengan demikian selain turut melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup secara global, juga sebagai langkah penghematan cadangan sumber daya alam yang sudah semakin menipis di negeri ini.

B. Teknologi Nuklir Untuk Pembangkit Listrik
Di era kemajuan teknologi yang semakin berkembang, para ahli telah mampu memanfaatkan teknologi nuklir untuk bahan bakar. Jenis energi terbarukan yang satu ini sangat efektif dan produktif, juga dikenal sebagai energi yang ramah lingkungan, bila dimanfaatkan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Teknologi nuklir yang popular lewat penggunaannya bagi persenjataan militer ini, ternyata mempunya manfaat yang begitu besar bagi kesejahteraan umat manusia terutama dalam penyediaan kebutuhan energi listrik. Kalau penggunaan bahan bakar fosil untuk keperluan pembangkit listrik, selain bisa menimbulkan polusi lingkungan, juga sangat boros. Tetapi penggunaan bahan bakar nuklir sangat irit, dan tidak membuat polusi lingkungan. Konon setengah kilogram uranium yang sudah dimurnikan bisa menghasilkan energi yang setara dengan belasan juta liter solar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap harga jual listrik kepada konsumen. Di samping itu pun persediaan bahan bakar ini cukup tersedia dalam jangka waktu yang panjang.
Namun sebagai konsekwensi logis dari suatu penggunaan teknologi tinggi, disamping manfaatnya yang besar, juga ada risikonya. Kalau salah dalam penerapannya tentu bisa membahayakan, tidak terkecuali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Untuk itulah setiap pengoperasian PLTN di semua negara mana pun di dunia, masalah keselamatan merupakan syarat mutlak dan paling utama. Di samping itu pula PLTN generasi baru yang kini digunakan di negara-negara maju factor keselamatan dan keamanannya lebih terjamin. Pengawasan pengoperasian PLTN dilakukan dengan sangat ketat oleh badan pengawas internasional, maupun dalam negeri masing-masing negara pengguna. Karena kegagalan PLTN di suatu negara masih dianggap kegagalan PLTN secara menyeluruh.
Pengamanan PLTN dilakukan dengan sistem berlapis-lapis, karena keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in depth). Pertahanan berlapis ini meliputi: Lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir. Lapis keselematan kedua, PLTN dilengkapi dengan system pengaman/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibat-akibat dari kecelakaan yang mungkin terjadi selama umur PLTN. Lapis keselamatan ketiga, PLTN dilengkapi dengan system tambahan yang dapat diandalkan untuk mengatasi kecelakaan terparah yang diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Walau begitu kecelakaan tersebut kemungkinannya amat sangat kecil terjadi selama umur PLTN.
Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau air sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam reactor. Gas radioaktif yang dapat ke luar dari system reactor tetap terkungkung di dalam system pengungkung PLTN, dan sudah melalui ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang lepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun), sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

C. PLTN Sebagai Rencana Indonesia Dalam Pembangunan Berkelanjutan Jelang 2010
Kota Jepara tepatnya di tapak Lemah Abang merupakan lokasi yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan program pemerintah dalam rencana pembangunan berkelanjutan. Jepara merupakan lahan yang sangat potensial dan populer hingga ke manca negara, baik dari latar belakang sejarah yang panjang jauh sebelum negeri ini diproklamirkan, ataupun dari kisah perjuangan Kartini yang memperjuangkan emansipasi bagi kaum wanita, maupun karena ukiran-ukirannya yang indah, bahkan potensi tanahnya yang subur. Jepara memang tidak memiliki batubara danminyak bumi, namun Jepara memiliki lokasi strategis yang dapat dibangun PLTN, bagi masyarakat Jepara sendiri itu sama saja Jepara sudah memiliki batubara dan minyak. Bupati Jepara, Drs. Hendro Martojo, MM beserta dengan masyarakat Jepara sangat antusias dan bersedia menerima kebijakan pemerintah tersebut.
Jika tidak ada aral melintang, rencana pembangunan PLTN Jepara yang diperkirakan sudah bisa memproduksi listrik sekitar tahun 2016 mendatang, pembangunan fisiknya paling tidak harus sudah dimulai pada tahun 2010. Untuk memulai pembangunan inilah diperlukan sejumlah persyaratan yang tidak ringan. Persyaratan itu bukan saja berlaku di negeri ini yang baru saja akan memiliki pembangkit listrik berteknologi tinggi, tetapi juga berlaku di semua negara. Karena kegagalan PLTN di suatu negara, masih dianggap kegagalan PLTN secara menyeluruh. Oleh karena itu faktor keamanan dan keselamatan sejak tahap perencanaan rancang bangun, konstruksi dan pengoperasian PLTN sampai tahap dekomisioning nantinya menjadi syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pengawasan pada tahan-tahap tersebut pun bukan saja diawasi hanya oleh badan pengawas dalam negeri sendiri, tetapi juga diawasi oleh badan pengawas tenaga nuklir internasional. Dengan ketatnya persyaratan pengoperasian suatu PLTN, ini mengisyaratkan kepada masyarakat bahwa masalah keamanan dan keselamatan pembangkit listrik berbahan bakar nuklir ini, sangat terjamin. Tidak ada alasan untuk khawatir secara berlebihan. Terlebih reaktor generasi terbaru yang kini digunakan oleh negara-negara maju, keamanannnya jauh lebih terjamin.
Dalam mengantisipasi krisis energi, yang saat kini pun sudah dirasakan masyarakat, terutama kalangan industri dan transportasi, mau tidak mau negeri ini harus mengerahkan berbagai potensi yang ada, untuk memenuhi pasokan permintaan energi listrik yang terus meningkat. Selama ini untuk memasok kebutuhan tenaga listrik, kita lebih banyak menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas dan batubara, disamping pemanfaatan tenaga air, dan panas bumi. Mahalnya harga bahan bakar minyak yang terus cenderung naik, dan menipisnya cadangan sumber daya alam, tentu sangat mempengaruhi beban biaya produksi energi listrik, yang ujung-ujungnya akan dibebankan juga kepada masyarakat konsumen. Hal ini akan berdampak luas ke berbagai sektor, yang bisa mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu seperti juga di negara-negara maju, diperlukan pemanfaatan bahan bakar nuklir untuk melengkapi pembangkit-pembangkit listrik yang sudah eksis. Dengan PLTN, pasokan listrik akan aman, karena ketersediaan bahan bakarnya sangat cukup untuk jangka waktu yang panjang. Begitu pun pemakaian bahan bakar yang satu ini bisa lebih irit dan tidak menimbulkan polusi lingkungan. Harganya pun tidak akan seperti minyak bumi yang terus berfluktuasi dan cenderung naik terus, sehingga harga dasar listrik akan lebih stabil. Bahkan, seperti yang sudah terbukti selama ini, kenaikan harga bahan bakar uranium yang cukup tinggi tidak mempengaruhi tarip dasar listrik (TDL), karena porsi bahan bakar nuklir jauh lebih kecil dampaknya pada harga listrik yang dihasilkan.

D. Kesimpulan
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan hidup. Tenaga nuklir tidak selalu hanya diperlukan untuk kegiatan militer dan persenjataan perang saja. Untuk keperluan sehari-hari energi listrik yang sangat dibutuhkan seluruh masyarakat diamanapun mereka berada tidak harus mengandalkan potensi sumber daya alam yamg sudah menipis.
Teknologi diciptakan dengan tujuan memudahkan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti halnya energi nuklir tidak hanya memilki peran negative yaitu untuk persenjataan perang namun jika dimanfaatkan dengan baik dan bertujuan mulia maka energi nuklir akan selalu dibutuhkan dan berperan positif. Tenaga listrik yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan listrik ribuan penduduk di berbagai negara. Dapat dirasakan secara nyata bahwa sumber daya alam sebagai bahan dasar utama memenuhi kebutuhan manusia yang kini mulai menipis, dapat digantikan dengan sumber daya lain yang menghasilkan energi dan tentunya energi tersebut sangat berguna bagi kehidupan manusia. Energi nuklir, methanol, dan masih banyak energi lain yang jika dimanfaatkan dengan bijak akan membantu manusia memenuhi kebutuhannya akan energi.

Rabu, 14 Juli 2010

Konsep dan teori: Metode Penelitian ilmu administrasi Negara dan Politik

Praktikum Metode Penelitian Ilmu Administrasi Negara dan Politik

Nama : Yuliati Natalia
Nim : 2008210036
Tempat/Tanggal Lahir : Malang/12 Desember 1986
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik
Universitas : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Alamat asal : Jl. Teratai IV/37 Songgokerto-Batu 65315
Alamat tinggal : Jl. Teratai IV/37 Songgokerto-Batu 65315
No. Hp : 085 655 555 274

1. Judul
Judul merupakan butir yang dipentingkan dan difokuskan oleh peneliti karena judul akan membantu pembaca untuk mengerti apa yang diketahui penulis dapay dilacak lebih jauh. judul merupakan ekspresi singkat (8-10 kata saja), gambaran deskripsi yang teliti dan menyeluruh, mempunyai daya tarik kepada para peminat dan pembaca, sehingga pemilihan kata-kata yang tepat menjadi penting. Bila perlu judul mengutarakan hasil utama dari penelitian yang akan dikerjakan dan terdiri dari sejumlah kata kunci (Moenandir, 2007).

Mencerminkan masalah, variabel dan obyek yang diteliti serta desain penelitian yang dipakai (Adi Pratomo).

Judul penelitian berisi kriteri-kriteria antara lain: 1) “Singkat (mengikuti masalah), padat, berisi, up-todate,……….dst; 2) Kata depan, berpengaruh pada analisis; ( Peranan, Fungsi, …(tdk terukur-non statistik); Perngaruh, Korelasi,….(terukur-statistik) (Rusmiwari,2010).

Jadi judul penelitian merupakan ringkasan dari masalah-masalah yang akan diteliti disertai penentuan variabel yang menjadi fokus penelitian (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

2. Latar Belakang Dan Masalah
Masalah diartikan sebagai suatu situasi dimana suatu fakta yang terjadi sudah menyimpang dari batas-batas toleransi yang diharapkan (Adi Pratomo).

Masalah adalah segala sesuatu yang dihadapi atau dirasakan seseorang yang menimbulkan dalam diri orang bersangkutan suatu keinginan atau kebutuhan untuk membahasnya, mencari jawabannya, atau menetapkan cara menyelesaikannya (Tejoyuwono Notohadiprawiro,2006).

Masalah penelitian pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang memerlukan solusi. Ciri-ciri masalah penelitian: 1) merupakan bidang masalah dan topik yang menarik 2) mempunyai signifikasi secara teoritis dan praktis 3) dapat diuju melalui pengumpulan dan analisis data 4) sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia.Persoalan-persoalan teoritis yang memerlukan penelitian untuk menjelaskan atau memprediksi masalah, semua itu terangkum dalam latar belakang masalah (Indriantoro dan Supomo,2002).

Masalah ialah sebuah pertanyaan yang harus dijawab dengan sebuah keputusan yang masuk akal (logic) dan dapat diteliti (researchable). Dalam keadaan praktis masalah hendaknya terdiri dari: 1) pertanyaan yang dapat diungkapkan sebagai suatu “scientific investigation” 2) terdiri dari dua variabel atau lebih yang dapat didefinisikan serta dapat diukur 3) berasal dari minat ilmiah pada sebuah kisaran yang luas dan sama dari sebuah topik untuk sebuah penelitian (Moenanadir,2007).

Sehingga dapat diartikan bahwa latar belakang masalah merupakan kajian tentang hal-hal yang melatar belakangi suatu masalah dapat diangkat dalam penelitian. Bisa berupa kasus-kasus toritis maupun permasalahan yang terjadi dilingkungan sekitar. Masalah merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada, serta mengambil manfaatnya. Oleh karenanya, masalah cenderung menggambarkan adanya suatu fenomena seperti kesenjangan (gap), ketimpangan (disparity), ketidakcukupan (inadequacy), ketidaksesuaian (disegreement), ketidaklaziman (unfamiliarity), dan keunikan (uniqueness). Fenomena masalah tersebut terjadi atau ada karena adanya sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan, tidak sama dengan kenyataan yang dihadapi sehingga timbul “pertanyaan” dan menantang untuk ditemukan “jawabannya” (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

3. Rumusan Masalah
Setelah masalah diketahui, selanjutnya dibuat suatu rumusan masalah yang tujuannya adalah agar peneliti maupun pengguna hasil penelitian mempunyai persepsi yang sama dengan penelitian yang dihasilkan. Ditinjau dari pertanyaan-pertanyaan yang berpola 5W+1H (what, why, where, who dan how) (Adi Pratomo).

Perumusan masalah ialah acuan dasar pemikiran ebagai titik tolak penelitian yang akan dilakukan yang dipandu oleh hipotesis. Evaluasi perumusan masalah ialah sebuah tantangan awal yang dihadapi para peneliti, pemikir dan tindakan untuk identifikasi dan formulasi masalah. Sehingga harus ada suatu: identification of an acceptable research problem, merumuskan sebuah acceptability, definisi harus jelas dan informative, capable being held (tenable) dan tersusun dalam kalimat yang mudah dapat dimengerti (Moenandir,2007).

Perumusan masalah atau pertanyaan penelitian merupakan tahap akhir dari penemuan setelah peneliti memilih bidang dan pokok masalah yang diteliti. Kriteria penelitian yang baik menghendaki rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang jelas dan tidak ambiguitas. Agar memudahkan peneliti dalam menentukan konsep-konsep teoritis yang ditelaah dan memilih metode penguji data yang tepat, masalah penelitian sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang mengekspresikan secara jelas hubungan antara dua variabel atau lebih. umusan masalah dalam suatu penelitian dapat berupa lebih dari satu pertanyaan (Indriantoro dan Supomo,2002).

Jadi, rumusan masalah merupakan batasan-batasan masalah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang ada sehingga dapat mencapai fokus masalah penelitian, seluruh permasalahan dirangkum dalam pertanyaan pertanyaan yang berpola 5W+1H (what, why, where, who dan how), rumusan masalah inilah yang akan menjadi acuan mengenai hal apa saja yang akan diteliti (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

4. Tujuan penalitian
Tujuan penelitian adalah memberikan pernyataan singkat mengenai rumusan masalah dalam penelitian. Penelitian dapat bertujuan menjajaki, menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau membuat suatu prototipe (Adi Pratomo).

Tujuan penelitian berkaitan dengan Perumusan Masalah; jumlah minimal tujuan penelitian sesuai dengan jumlah perumusan masalah + 1 (Rusmiwari, 2010).
Tujuan penelitian dapat dilihat dari dua sisi: 1) untuk mengembangkan pengetahuan 2) untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Tujuan penelitian merupakan pernyataan singkat berupa kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian, tujuan penelitian yang baik yaitu berjumlah tujuan penelitian sesuai dengan perumusan masalah yang dibuat di tambah satu tujuan lain (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ditujukan: 1) untuk masyarakat luas/bangsa Indonesia 2) untuk institusi ilmiah kita;3) untuk tempat penelitian kita; 4) dst...(Rusmiwari,2010).

Manfaat penelitian merupakan gambaran kegunaan penelitian yang ditujukan pada subyek-subyek tertentu (individu/kelompok) untuk kepentingan pengembangan ilmu, bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau sebagai bahan rujukan suatu instansi pemerintah guna merancang kebijakan publik.menunjang dan masih banyak kegunaan lainnya. Manfaat penelitian bisa ditujukan kepada pihak masyarakat luas, instansi yang terkait, bagi peneliti, bagi perkembangan ilmy baru, dll (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

6. Tinjauan Pustaka
Tinjauan ialah suatu tindaakan telaah yang mempelajari dengan teliti dan cermat pada hasil penelitian yang telah ditemukan oleh peneliti sebelumnya. Karenanya tulisan dalamtinjauan pustaka ialah suatu hasil telaah yang telah dikaji secara logic kebenarannya, keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan bukan sebagai suatu sitasi (citatition). Suatu hal yang diperbincangkan ditelaah dan dikuatkanoleh sekelompok peneliti dalam bidang dan domain ilmu yang sama yang mendasari pernyataan tertentu tersebut dan diutarakan dengan bahasa sendiri secara sistematik yang telah dianalisis kritis kemasuk-akalannya dan mendalam (Moenandir, 2007).

Tinjauan pustaka adalah kajian berupa teori-teori yang mendasari sebuah penelitian, teori-teori ini berupa literatur dari buku, hasil penelitian sebelumnya, arsip dan dokumen lainnya sebagai sumber informasi yang menunjang penelitian (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

7. Hipotesis
Hipotesis merupakan anggapan sementara tentang suatu fenomena tertentu yang akan diselidiki. Kegunaannya untuk membantu peneliti untuk mencapai hasil penelitiannya. Tidak semua riset menggunakan hipotesis, khususnya riset yang menggunakan desain deskriptif dan desain eksploratori (Adi Pratomo).

Hypothesis didefinisikan sebagai sebuah usulan yang diusulkan sebagai titik awal yang kuat bagi suatu penalaran (reasonig), sebuah proposisi atau prinsip yang diasumsikan (mungkin tanpa suatu kepercayaan) untuk menarik konsekuensi logicnya, memberi fokus pada suatu proses pengumpulan data dan harus didasarkan pada suatu teori (hypothesis menurut webster’s 1956).

Hipotesis tersebut mengutarakan sebuah objek, individu, keadaan, kejadian, yang mempunyai karakteristik tertentu. Dapat berpangkal pada sebuah teori yang masuk akal(deduksi) sehingga dapat membawa pada prediksi bahwa bila suatu kondisi tertentu ditampilkan maka hasilnya akan mengikatnya. Dapat diuji kebenaran hipotesis tersebut, jika diterima disebut Ho namun jika tidak diterima disebut H1 atau Ha (Moenandir,2007).
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam dalam rumuan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris (Indriantoro dan Supomo,2002).

Jadi menurut penulis hipotesis merupakan dugaan sementara dalam suatu kasus penelitian, hasil dari hipotesis tersebut tidak diterima (Ho) bisa juga diterima H1/Ha). Namun tidak semua penelitian menggunakan hipotesis seperti penelitian deskriptif dan penelitian eksploratori (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

8. Metode/Metodologi
Metode ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan berupa ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki kriteria tertentu. Cara untuk memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafati dikenal dengan istilah epistemologi (filsafat pengetahuan). Metode ilmiah dengan demikian merupakan epistemologi ilmu yang mengkaji sumber-sumber untuk memperoleh pengetahuan yang benar. fokusnya memahami hakekat penelitian sebagai operasionalisasi dari prosedur-prosedur tertentu untuk memperoleh pengetahuan ilmiah (Indriantoro dan Supomo,2002).

Metode ialah ilmu yang mempelajari cara untuk mendapatkan informasi berupa data,dalampengujian hipotesis, padanya selalu terdapat rancangan percobaan, perlakuan, parameter/objek dan prosedur yang digunakan untuk menganalisis data atau untuk pengamatan parameter/objek, tempat dan waktu penelitian (Moenanadir,2007).

Metodologi ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan,atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan yang beraturan, berarah, dan berkonteks, yang paut (relevan) dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas metodolologi ialahsuatu sistem berbuat, karena berupa sistem maka metodologi merupakan seperangkat unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan (Tejoyuwono Notohadiprawiro,2006).

Metode atau Metodologi merupakan unsur-unsur atau tata cara suatu penelitian yang dirangkai melalui prosedur-prosedur untuk meneliti parameter/objek tertentu di suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

9. PENELITIAN/RESEARCH
Penelitian adalah penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Manusia selalu ingin mencari tahu sebab musabab dari serentetan akibat. Hasrat keinginan tahu manusia yang tidak pernah padam inilah yang mendorong kegiatan penelitian,yang pada akhirnya akan mendorong pengembangan ilmu (Arsyad,1988).

Penelitian (research) ialah suatu kegiatan mengaji (study) secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. kaidah yang dianut adalah metodologi. Mengaji ialah suatu usaha memperoleh atau menambah pengetahuan. jadi meneliti dilakukan untuk meperkaya dan meningkatkan kefahaman tentang sesuatu (Tejoyuwono Notohadiprawiro,2006).

Penelitian merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau mengembangkan prinsip-prinsip (menemukan/mengembangkan/ menguji kebenaran) dengan cara/kegiatan mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data (informasi/keterangan) dan dikerjakan dengan sabar, hati-hati, sistematis dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah (blogspot.com).

Penelitian adalah suatu tindakan atau susunan kerangka fikir membentuk sistem yang mengatur secara menyeluruh dengan jelas, beraturan, terarah, sesuai prosedur dan berkonteks pada sistem metode ilmiah yang terpaut pada maksud dan tujuan penelitian selain itu dapat mengembangkan keilmuan yang ada. sehingga hail yang didapatkan dari kegiatan meneliti tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara empiris, sistematis dan logisnya (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

10. Jenis Penelitian
a. Deskriptif
Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Pelaksanaan metodologi penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti (Nurhasyim,pdf).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan suatu kejadian dengan perhitungan statistika berdasarkan kuesioner yang kemudian dijelaskan secara kualitatif. (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

b. Kualitatif
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis (www.geocities.com).

Paradigma kualitatif dinamakan juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistis atau interpretatif (constructivist, naturalistic, or interpretative approach), atau perspektif postmodern. Paradigma kualitatif merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berasarkan kondisi realitas atau natural seting yang holistis, kompleks dan rinci. Penelitian-penelitian dngan pendekatan induktif yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan contoh tipe penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif (Indriantoro dan Supomo,2002).

Menurut Bogdan,1984; Wolf dan Tymiz,1977 (dalam Sukardi, 2003: 2), mengartikan penelitian kualitatif sebagai pemahaman fenomena sosial dari sisi si pelaku sendiri secara alamiah, maka bisa juga disebut penelitian kualitatif naturalistik. Menurut mereka, penelitian kualitatif naturalistik bertujuan mengetahui aktualitas, realitas sosial dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka, yang mungkin tidak dapat diungkap melalui penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Dikatakan penelitian naturalistik karena dalam penelitian ini peneliti berusaha secara aktif melakukan interaksi dengan subyek atau responden yang diteliti dengan kondisi apa adanya dan tidak direkayasa agar data yang diperoeh merupakan fenomena yang asli dan natural (alamiah) (NN).

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang berdasarkan keadaan asli suatu kejadian alam (natural) atau bedasarkan fenomena sosial yang ada, dimana pengamatan secara langsung dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data yang akurat melalui instrumen observasi, tinjauan kepustakaan, penelitian terdaulu, arsip-arsip dan dokumen (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).


c. Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya (www.geocities.com).

Paradigma kuantitatif disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empirisis (empiricist). paradigma kuantitatif atau penelitian kuantitatif memekankan pad pengujian teori-tori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian-penelitian dengan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan contoh tipe penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif (Indriantoro dan Supomo,2002).

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data-data statistik dan penghitungan secara matematis dan sistematis untuk menjelaskan suatu keadaan variabel-variabel sebagai objek penelitian. Penelitian ini memerlukan hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formulasi statistik yang akan digunakan. Hasil penelitian berupa penafsiran angka-angka bukan penafsiran bahasa dan kulturalnya (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

11. Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data, sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer dapat berupa opini subyek (individual/kelompok), hasil observasi terhadap suatu obyek( benda/fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Sedangkan data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (dicatat dan diperoleh oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo,2002).

Sumber data merupakan Terdapat dua jenis data, yaitu sumber data primer (diperoleh dari arsip-arsip, dokumen-dokumen, data-data yang diperoleh dilapangan dan hasil penelitian terdahulu) dan sumber data sekunder (berupa pertanyaan yang diajukan kepada responden, tidak asli) (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

12. Populasi
Populasi (population), yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi (Indriantoro dan Supomo,2002).

Menurut penulis populasi merupakan keseluruhan obyek dari seluruh penelitian (homogen) yang didalamnya terdiri dari bagian-bagian yang berbeda (heterogen). (Yuliati Natalia,2008210036.Adm.Negara FISIP UNITRI Malang, 2010).

13. Sampel
Indriantoro dan supomo,2002 menyebutkan bahwa peneliti dapat meneliti seluruh elemen populasi (disebut dengan sensus) atau meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi (disebut dengan penelitian sampel). Secara teknis peneliti mengalami kesuliatan dalam penelitian jika jumlah elemen populasinya relative banyak, kendala yang dihadapi peneliti pada umunya adalah keterbatasan waktu biaya, dan tenaga yang tersedia. Maka karena alasan praktis dapat meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi sebagai sampel, anggota sampel disebut dengan subyek (subject). Terdapat dua metode pemilihan sampel, yaitu:
1. Metode pemilihan sampel probabilitas (probability methods) atau metode pemilihan sampel secara acak (randomly sampling methods) terdiri atas:
a) Pemilihan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Memberikan kesempatan yang sama yang bersifat tak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel. Memerlukan satu tahap prosedur pemilihan sampel dan media yang memuat daftar seluruh elemen untuk dipilih sebagai sampel.
b) Pemilihan Sampel sistematis (Systematic Sampling)
Memilih secara acak setiap elemen dengan nomor tertentu dari tabel nomor sebagai kerangka sampel, pemilihan nomor dimulai dari nomor tertentu secara acak selanjutnya dipilih nomor-nomor berikutnya dam jarak tertentu yang sama. Teknik ini jarang digunakan karena relatif sulit dan memerlukan banyak biaya dan tenaga.
c) Pemilihan Sampel Acak Berdasarkan Strata (Stratified Random Sampling)
Pemilihan sampel secara acak dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengklasifikasikan suatu populasi ke dalam sub-sub populasi berdasarkan karakteristik tertentu dari elemen-elemen populasi. Kemudian dipilih secara acak dari setiap sub populasi dengan metode acak sederhana dan sistematis
d) Pemilihan Sampel berdasarkan Kelompok (Cluster Sampling)
Teknik ini dapat dilakukan melalui satu tahap atau beberapa tahap. Elemen-elemen populasi dikelompokkan ke dalam unit-unit sampel seperti yang dilakukan dalam metode pemilihan sampel dengan stratifikasi, bedanya metode ini menekankan pada heterogenitas karakteristik elemen-elemen pada masing-masing unit sampel, tetapi karakteristik elemen-elemen antara kelompok unit yang satu dengan yang lainnya relatif homogen. Jika pemilihan dilakukan satu tahap maka subyek sampel dapat dipilih secara acak sederhana atau cara sistematis dari setiap unit sampel.
e) Pemilihan Sampel Area (Area Sampling)
Pemilihan sample acak berdasarkan kelompok yang digunakan untuk memilih sample dari populasi yang lokasi geografisnya terpencar.
2. Metode pemilihan sampel nonprobabilitas (non-probability sampling methods) disebut juga dengan metode pemilihan sampel secara tidak acak (non-randomly sampling methods) terdiri atas:
a) Pemilihan Sampel Berdasarkan Kemudahan (Convenience Sampling)
Metode ini memilih sampel dari data yang mudah diperoleh peneliti, elemen sampel sebagai subyek yang dipilih tidak terbatas.
b) Pemilihan Sampel Berdasarkan Pertimbangan (Judgement Sampling)
Informasi diperoleh melalui pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.
c) Pemilihan Sampel Berdasarkan Kuota (Quota Sampling)
Pemilihan sampel berdasarkan jumlah tertinggi suatu kuota untuk setiap kategori dalam suatu populasi target .

Menurut Yuliati Natalia,2010 sampel merupakan pengambilan beberapa obyek dari suatu populasi untuk diteliti yang mewakili populasi dari lokasi yang menjadi pusat penelitian. Ada dua teknik pengambilan sampel yang representatif dari populasi, yaitu:
a. Probability sampling: memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.
 Sample random sampling: pengambilan secara acak dari suatu populasi yang sejenis.
 Propotionate stratified random sampling: pengambilan sampling dengan populasi secara acak dan berstrata proposional.
 Disproposionate stratified random sampling: pengambilan sampling dari anggota populasi secara acak dan berstrata proposional tetapi ada yang kurang proposional.
 Area sampling: Pengambilan yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap daerah atau wilayah geografis yang ada.
b. Non Probability sampling: tidak memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.
 Sampling sistematis: tidak semua populasi berpeluang menjadi sampel.
 Sampling kuota: semua memiliki sifat sama sehingga sampel diambil hanya satu.
 Sampling aksidental
 Purposive sampling
 Sampling jenuh: semua populasi diteliti.
 Snowball sampling: mengambil satu sampel teratas setelah sampel tersebut mengambil sampel lainnya, begitu seterusnya hingga membentuk piramida sampel.

14. Variabel
Variabel yang dikenal dalam penelitian ialah variabel bebas, tergantung, kendali ( variable yang dapat dikendalikan), rambang (pengaruh dari variable ini dapat diabaikan), dan intervening (variable yang tidak pernah diamati) (Moenanadir,2007).
Indriantoro dan Supomo,2002 menyatakan bahwa berdasarkan fungsi variabel dalam hubungan antar variable terdapat empat (4) variabel, yaitu:
1. Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel Independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel Dependen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau dipengaruhi oleh variabel Independen. Kedua tipe variabel ini merupakan kategori variabel penelitian yang paling sering digunakan dalam penelitian karena mempunyai kemampuan aplikasi yang luas. Bentuk hubungan antara keduanya dapat bersifat positif atau negatif. Variabel Independen dinamakan sebagai variabel yang diduga sebagai sebab atau variabel yang mendahului dan variabel Dependen diduga sebagai akibat atau variabel konsekuensi.
2. Variabel Moderating
Yaitu variabel-variabel yang memperkuat atu memperlemah hubungan langsung antara variabel Independen dan variabel Dependen. Variabel moderating mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel.
3. Variabel Intervening
Yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan variabel Independen dan Variabel Dependen menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel ini terletak diantara variabel-variabel Independen dan variabel-variabel Dependen, sehingga variabel Independen secara tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel Dependen.
Sedangkan berdasarkan perlakuan terhadap suatu variabel yaitu: variabel Aktif dan variabel Atribut. Variabel Aktif adalah variabel-variabel penelitian yang dimanipulasikan untuk keperluan penelitian eksperimen, namun tidak semua variabel dapat dimanipulasi misalnya variabel-variabel yang berkaitan dengan jenis kelamin, usia, intelegensi, sikap, status sosial, Variabel tersebut dinamakan variabel Atribut.

Menurut Yuliati Natalia,2010 variabel merupakan apa-apa saja yang diteliti dalam penelitian, macam-macam variabel yang sering digunakan dalam penelitian adalah variabel Bebas (Independen) yaitu variabel yang menjadi pengaruh atau berperan sebagai sebab dan variabel Tidak Bebas (Dependen) yaitu variabel yang dipengaruhi variabel Bebas atau sebagai akibat dari variabel Bebas. Biasanya dalam suatu penelitian peneliti menggunakan dua atau lebih variabel. variabel yang tidak banyak di ulas atau hanya bersifat melengkapi bisa disebut variabel antara atau variabel tidak aktif.

15. Indikator
Indikator merupakan subbagian-subbagian yang menjelaskan suatu variabel. Dalam indikator tersebut terdiri atas faktor-faktor atau nilai-nilai apa saja yang terkandung dari variable untuk menjadi acuan dalam penelitian. Sifat-sifat tersebut yang akan membentuk kesatuan variabel (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

16. Instrument Penelitian
Teknik/Instrumen penelitian merupakan cara-cara yang dipakai dalam melakukan penelitian untuk menggali informasi yang dibutuhkan dan mendapatkan data-data yang diharapkan mampu menjawab permasalahan dalam penelitian (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

17. Kuisioner
Pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuisioner (Indriantoro dan Supomo,2002).
Kuisioner adalah instrumen penelitian yang menggunakan teknik pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban responden diformat dalam bentuk tertulis, sehingga teknik ini lebih meminimalisir waktu, tenaga dan biaya (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

18. Observasi (Observation)
Yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek/orang, obyek/benda, atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Dua tipe observasi yaitu: 1) Observasi langsung: untuk subyek yang sulit diprediksi; 2) Observasi mekanik: diterapkan pada penelitian terhadap perilaku atau kejadian yang bersifat rutin, berulang-ulang dan telah terprogram sebelumnya (Indriantoro dan Supomo,2002).

Observasi merupakan kegiatan merekam, mengamati, mencatat, dan menganalisa setiap subyek, obyek, atau kejadian yang diteliti untuk memperoleh data-data yang diperlukan (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

19. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui tatap muka atau melalui telepon. Teknik ini dilakukan terutama untuk responden yang tidak dpat membaca-menulis atau pertanyaan yang membutuhkan penjelaskan dari pewawancara (Indriantoro dan Supomo,2002).

Teknik wawancara merupakan teknik penelitian yang langsung bertatap muka dengan responden.. Responden secara langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara lansung oleh pewawancara. Keuntungan yang diperoleh yaitu pewawancara dapat mengukur respon melalui pertanyaan dan menyesuaikannya sesuai situasi yang terjadi, menunjukkan kesan interviewer secara pribadi, memunculkan respons yang tinggi sejak penyusunan pertemuan. Namun kerugiannya yaitu membutuhkan biaya dan waktu yang banyak dan pewawancara harus menguasai teknik bertanya yang baik agar responden merasa nyaman dan tidak menyinggung responden. (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

20. Documentation (Dokumentasi)
Dokumentasi merupakan pengambilan data dalam bentuk gambar, foto, rekaman video, kliping, dan dan data-data dalam bentuk audio maupun visual yang berguna untuk mengambil fenomena yang sedang terjadi (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

21. Analisis Data
Analisis data penelitian yang merupakan bagian dari proses pengujian data setelah tahap pemilihan dan pengumpulan data penelitian. Proses analisis data penelitian umumnya terdiri atas beberapa tahap yaitu: 1) tahap persiapan (editing, coding, dan data proc essing); 2) analisis statistik deskriptif dengan menggunakan ukuran frekuensi, tendensi sentral dan dispersi; 3) pengujian kualitas data dan pengujian hipotesis yang terdiri dari uji reliabilitas dan uji validitas (Indriantoro dan Supomo,2002).

Teknik analisis data menurut saya dipengaruhi oleh metode penelitian yang dipakai dalam penelitian. Jika menggunakan metode deskriptif maka teknik menganalisanya juga menggunakan pendekatan deskriptif, begitu juga dengan teknik menganalisa penelitian jenis kualitatif serta kuantitatif, data yang telah didapatkan dari teknik mengambil data diolah dan diproses sesuai jenis penelitian untuk didapatkan hasilnya (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

22. Teknik Penyajian Data
Teknik penyajian data merupakan teknik menyajikan data sesuai yang diperoleh dari hasil analisis data dalam bentuk deskriptif, kuantitatif dan kualitatif sesuai metode yang digunakan dalam penelitian (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

23. Teknik Penyajian Data Deskriptif
Analiasa data yang disajikan berdasarkan penelitian deskriptif adalah data berupa prosentase, diagram, tabel kodingisasi, dll yang biasanya hasil data tersebut dilengkapi dengan keterangan-keterangan secara kualitatif. Sehingga penelitian ini bisa disebut penelitian deskriptif kualitatif. Menurut hemat saya teknik ini lebih mudah dilakukan dan dalam penyajiannya lebih praktis dan mampu menjawab masalah penelitian secara rinci, karena data statistik dipadu dengan keterangan kualitatif memudahkan pembaca untuk mengerti hasil penelitian tersebut (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

24. Teknik Penyajian Data Kualitatif
Berdasarkan penelitian kualitatif maka hasil analisa data yang disajikan juga menjadi data kualitatif, yaitu penyajian data berupa kalimat-kalimat dan bahasa yang terperinci berdasarkan hasil pengamatan berupa interview, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan selama proses pengambilan data (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

25. Teknik Penyajian Data Kuantitatif
Penyajian data kuantitatif yaitu berupa angka-angka, tabel-tabel, dan penghitungan-penghitungan secara matematis berdasarkan proses pengambilan data kuantitatif. Penafsiran dan penyajian data secara statististika sangat dominan (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

26. Interpretasi Data
Interpretasi data atau laporan penelitian adalah informasi yang disampaikan secara tertulis atau lisan dengan tujuan untuk mengkomunikasikan kesimpulan hasil atau temuan yang penelitian dan rekomendasi yang diperlukan. Format laporan penelitian (kepada manajemen, public atau pihak tertentu) tergantung pada tujuan penyusunan laporan, berdasarkan tujuannya penelitian diklasifikasikan menjadi penelitian dasar dan penelitian terapan. Format laporan penelitian secara umum dapat disusun berdasarkan tiga (3) bagian, yaitu: 1) bagian pembukaan (Prefatory Parts): halaman judul, halaman pengesahan, daftar isi, kata pengantar, dan abstrak; 2) bagian isi (Main Body): pendahuluan, kerangka teoritis, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan, keterbatasan, dan rekomendasi; 3) bagian lampiran (Appended Parts): formulir pengumpulan data, kalkulasi rinci, table dan referensi (Indriantoro dan Supomo,2002).

Interpretasi data merupakan tahap melaporkan hasil penelitian. Tahap ini dapat berupa tertulis maupun lisan, untuk kemudian ditanggapi dan dicari kelemahan dan kelebihan penelitian tersebut yang akan berguna untuk penelitian selanjutnya. Secara garis besar kerangka atau format penelitian adalah terbagi menjadi tiga (3) bagian yaitu, bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian penutup (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).

27. Penutup (Kesimpulan/Saran)
Kesimpulan merupakan bagian dari isi laporan penelitian yang memuat informasi mengenai kesimpulan yang dibuat peneliti. Kesimpulan yang dibuat peneliti merupakan pendapat singkat peneliti berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, peneliti selanjutnya membuat rujukan beberapa hasil penelitian sebelumnya untuk perbandingan apakah temuan penelitiannya mendukung atau menolak hasil temuan penelitian-penelitian sebelumnya (Indriantoro dan Supomo,2002).

Kesimpulan merupakan bagian akhir dari penelitian, berupa pernyataan singkat hasil penelitian yang didasarkan pada data yang tersedia untuk lebih meng-aktual-kan dan meng-akurat-kan kesimpulan. Setelah didapat kesimpulan maka dilakukan pembuatan saran, saran ini juga relative. Jika memang ada kekurangan atau tidak sesuai yang diharapkan saran dapat disampaikan, hal ini juga harus didasarkan pada data yang mendukung pembuatan saran. Namun jika tidak terjadi ketimpangan maka hasil penelitian dianggap telah mencapai yang diinginkan sehingga tidak perlu dibuat saran (Yuliati Natalia, 2008210036,Adm.Neg, Fisip UNITRI Malang, 2010).